NASA Tampilkan Foto Letusan Gunung Anak Krakatau

Foto letusan Gunung Anak Krakatau.
Sumber :
  • Space.com

VIVA –  Gunung Anak Krakatau sudah beberapa hari ini mengalami erupsi. Bahkan pemandangannya bisa disaksikan dari luar angkasa. Letusan Gunung Anak Krakatau ini membuat ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kagum dan mengatakan erupsi yang terjadi adalah proses dari pertumbuhan gunung setelah pada 2018 kehilangan separuh tubuhnya akibat longsor.

Gunung Anak Krakatau Terus Meletus, Polda Banten Imbau Masyarakat Pesisir Waspada

Dari situs Space, Jumat, 17 April 2020, Satelit Landsat 8, yang merupakan hasil kemitraan antara NASA dengan US Geological Survey, menangkap foto mencolok pada Senin, 13 April kemarin, atau saat Gunung Anak Krakatau meletus.

Ternyata itu adalah penampakan erupsi Gunung Anak Krakatau yang mengirim gumpalan abu dan mengepulkan uap air ke langit. Terlihat juga lava yang mengalir ke perairan sekitar. Gambar alami yang didapat itu merupakan data yang dikumpulkan salah satu instrumen satelit menggunakan teknologi inframerah.

Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Semburan Vulkanik Capai 1.500 Meter

Foto letusan Anak Gunung Krakatau.

"Inframerah ini menyoroti titik-titik panas yang kemungkinan adalah batuan cair atau magma," kata ilmuwan NASA Earth Observatory, Kathryn Hansen. Gunung Anak Krakatau berada di Selat Sunda, di antara Pulau Jawa dan Sumatera.

Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Abu Vulkanik Setinggi 1.500 Meter

Gunung ini ada karena kaldera yang terjadi ketika Gunung Krakatau meletus begitu dahsyatnya pada 1883 yang menewaskan 36 ribu jiwa dan membuat langit di dunia gelap selama bertahun-tahun. Untungnya, hingga saat ini Gunung Anak Krakatau belum meletus seperti induknya dahulu.

Namun, menurut ahli Vulkanologi NASA Verity Flower, baru-baru ini gunung tersebut memang menjadi aktif. Bayangkan, kata dia, longsor dua tahun lalu saja telah menyebabkan tsunami di beberapa daerah dan menewaskan ratusan nyawa.

"Selama beberapa tahun terakhir Gunung Anak Krakatau telah menunjukkan ledakan kecil secara berkala. Namun aktivitas kecilnya ini ternyata pernah menimbulkan kerusakan, seperti memicu tsunami dua tahun lalu," tutur Verity.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya