Asteroid Secepat Peluru Bawa Bakteri Beracun ke Bumi

Asteroid mendekat ke Bumi.
Sumber :
  • Thoughtco.com

VIVA – Asteroid secepat peluru membawa bakteri beracun ke Bumi. Batu luar angkasa itu melesat 24 kali lebih cepat dari sebutir peluru ketika menghantam Bumi, dan memusnahkan dinosaurus pada 66 juta tahun silam.

5 Ramalan Populer Jayabaya yang Diyakini Telah Terjadi Di Indonesia

Gelombang kejutnya sampai meratakan pohon-pohon di Amerika Utara dan Selatan serta menciptakan gelombang panas yang menyebabkan kebakaran hutan.

Dikutip dari situs New York Times, Kamis, 7 Mei 2020, peristiwa itu telah membuat banyak serpihan ke atmosfer sehingga membuat tumbuhan tidak bisa lagi melakukan fotosintesis.

Ilmuwan Selangkah Lagi Menemukan Alien

Dinosaurus non-unggas juga lenyap dan hampir 75 persen spesies musnah kala itu. Asteroid tersebut juga meninggalkan bekas kawah sedalam 20 mil yang saat ini disebut Teluk Meksiko.

Tidak ada satu pun makhluk hidup yang selamat. Namun akhirnya kehidupan berhasil pulih kembali dengan cepat. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Geologi mengungkap terdapat cynobacteria, yaitu ganggang hijau dan biru yang menyebabkan adanya racun berbahaya di bekas kawah.

Indonesia di Posisi Ke-2 dengan Kasus TBC Tertinggi di Dunia, Begini Komitmen Global Mengatasinya

Menurut jurnal itu beberapa tahun setelah asteroid jatuh, racun ini terdeteksi sudah ada di sana. Pada 2016, para ilmuwan mengebor jantung kawah Chicxulub dan menggalinya hingga 2.750 kaki. Tujuannya, memungkinkan mereka untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

Namun tidak semua mikroorganisme meninggalkan fosil. Cynobacteria misalnya, yang menghasilkan zat berminyak yang tersimpan selama ratusan juta tahun silam di batuan sedimen.

Ilmuwan Bettina Schaefer melihat zat berminyak itu ada di sana yang menempel di atas lapisan tanaman yang terbawa asteroid ke dalam kawah.

“Studi juga menunjukkan bakteri mulai ada di kawah setelah serangan asteroid dan saat sinar Matahari kembali memasuki Bumi,” ungkapnya.

Organisme lain juga ikut terdeteksi yang akan membantu para ilmuwan mencirikan air mana yang beracun dan tidak. Beberapa fosil molekular yang ditemukan adalah organisme yang bisa hidup di perairan tanpa oksigen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya