Fenomena Pengemis Online Aji Mumpung saat Wabah Corona dan Lebaran

Pengemis
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Jagat media sosial hingga kolom komentar di dunia maya dihebohkan kehadiran pengemis online. Pakar media sosial Ismail Fahmi mengatakan fenomena tersebut sudah sering terjadi dan kerap memanfaatkan situasi atau aji mumpung yang terjadi saat ini, yaitu wabah Virus Corona dan Lebaran, bukan karena faktor pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sopir Bus yang Ajak Makan 30 Penumpang di Rumah Mertuanya saat Lebaran dapat Rp100 Juta

"Kalau saya lihat memanfaatkan situasi. Bukan karena kena PHK. Fenomena seperti ini akan terus terjadi sampai kapan pun. Mereka (pelaku) hanya mencari topik saja. Ini sifatnya seperti social engineering, di mana pelaku coba menyentuh sisi emosi orang, daya tarik, dan belas kasihan secara sosial," kata dia kepada VIVA, Selasa, 26 Mei 2020.

Ismail melanjutkan, lantaran saat ini sedang terjadi pandemi COVID-19, termasuk fenomena PHK, maka dimanfaatkan oleh sejumlah orang untuk mengemis secara digital. Ia juga menuturkan fenomena ini modelnya untung-untungan, menyebarkan umpan dan mendapatkan yang diinginkan.

Kemenag Berikan Bantuan untuk Pendidikan Islam dan Pesantren: Simak Syarat dan Ketentuannya

Hal yang sama bisa ditemui ketika ada penyebaran SMS atau WhatsApp blast. Pelaku memiliki daftar untuk dikirimi informasi dan yang menerima beberapa mungkin tergerak hatinya melakukan yang diinginkan pengirim pesan.

"Karakter orang Indonesia itu baik hati. Orang Indonesia terkenal nomor satu di dunia yang filantropi, suka ngasih itu bagus. Jadi mudah tersentuh, mudah kena. Inilah yang dimanfaatkan oleh oknum tertentu. Fenomena kayak gini, tipu-tipu online. Benar apa enggak, ya, kita enggak pernah tahu," ungkapnya.

6 Olahraga Ringan untuk Membakar Kalori dan Mengembalikan Kebugaran Tubuh Setelah Lebaran

Melihat konsep yang sama dan terus berulang, Ismail mengatakan pasti ada keuntungannya. Walaupun pasti ada masyarakat yang sudah tidak tertipu lagi dengan skenario seperti itu.

"Saya melihatnya kasusnya sama saja. Ketika kena SMS blast, ada yang kena, ada pula lebih banyak yang tidak kena. Nah, ini kan masalah kenapa terus-menerus dilakukan pasti menguntungkan karena berhasil," tegas dia.

Seperti diberitakan sebelumnya para pengemis online ini membanjiri media sosial dan sejumlah kolom komentar. Mereka mengaku mengalami kesulitan ekonomi untuk membayarkan kontakan karena tidak memiliki pekerjaan sejak terkena PHK.

Selain itu ditemukan juga orang yang mengaku tidak tahu mencari bantuan kemana lagi sehingga terpaksa meminta bantuan lewat media sosial. Dia sampai menuliskan nomor rekening salah satu bank dengan harapan mendapatkan bantuan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya