Kualitas Internet di Jabodetabek Turun, Layanan 4G Sudah Keteteran

Ilustrasi layanan 4G.
Sumber :
  • cnmeonline.com

VIVA – Masyarakat Telematika Indonesia atau Mastel mengatakan bahwa perangkat internet segalanya (internet of things/IoT) membutuhkan konektifitas agar bisa berjalan. Saat ini yang menjadi masalah penerapan IoT secara masif adalah ketersediaan dan kapasitas jaringan di beberapa wilayah yang masih belum mencukupi.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Talkshow "Etika Pelajar di Dunia Digital"

Ia mengakui jika saat ini operator telekomunikasi sudah mengembangkan jaringan telekomunikasi hingga pelosok. Namun kualitas dan jangkauan (coverage) masih belum merata.

Menurut Ketua Bidang Industri 4.0 Mastel, Teguh Prasetya, jangankan untuk wilayah remote, ketika bekerja dari rumah (work from home/WFH) kualitas internet di wilayah Jabodetabek mengalami penurunan.

Mengenal Empat Zaman yang Digambarkan dalam Ramalan Jayabaya

Ia melanjutkan saat ini pengembang IoT yang ingin mengimplementasikan usahanya terkendala ketersediaan dan kualitas jaringan. Oleh karena itu, Teguh mendukung agar pemerintah segera menerapkan 5G.

"Kapasitas dan coverage jaringan telekomunikasi yang dikembangkan oleh operator sudah tak mencukupi lagi untuk kebutuhan masyarakat. Untuk daerah perkotaan dan industri seperti di Jabodetabek, layanan 4G sudah tidak cukup untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat," katanya, Kamis, 18 Juni 2020.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Nobar Kreatif di Dunia Digital Sejak Dini

Hal ini karena teknologi 4G belum bisa menjanjikan koneksi yang banyak dan bandwidth yang besar. “Saat ini kebutuhan akan 5G sudah mutlak dan mendesak diimplementasikan di Indonesia. Sebab, teknologi 5G menjanjikan koneksi yang lebih banyak dengan bandwidth yang lebih besar," jelas dia.

Tantangannya di 5G, lanjut Teguh, juga membutuhkan frekuensi yang besar. Oleh sebab itu berbagi jaringan atau network sharing mutlak dibutuhkan.

Untuk menerapkan 5G yang efektif dan efesien, menurut Teguh, dibutuhkan regulasi network sharing melalui RUU Cipta Kerja yang saat ini tengah dibahas pemerintah dan DPR.

Karena, untuk mengimplementasikan 5G dibutuhkan lebar pita frekuensi yang besar. Padahal saat ini ketersediaan frekuensi juga menjadi tantangan tersendiri. Selain itu karena membutuhkan frekuensi yang besar, maka jarak antar menara BTS juga akan semakin dekat, sehingga investasi untuk menggembangkan 5G juga tidak sedikit.

“Jika tidak melakukan network sharing maka akan sulit menerapkan 5G yang efisien dan efektif. Sehingga penerapan network sharing seharusnya di teknologi baru dan area baru untuk pengembangan jaringan telekomunikasi. Tujuannya agar ekonomi digital di Indonesia dapat segera tumbuh dan menarik investasi asing,” terang Teguh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya