COVID-19 Jadi Momentum Kebangkitan Smart Nation

Anak belajar di rumah.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA – Pandemi COVID-19 dianggap sebagai salah satu bencana paling parah, yang dialami dunia saat ini. Namun, jika melihat dari kacamata sains, wabah virus itu bisa jadi momentum untuk membangkitkan konsep smart nation atau bangsa pintar.

Tips Belajar di Rumah Agar Lebih Menyenangkan

Konsep ini adalah terpadunya infrastruktur pada sebuah negara, dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi. Jika hal itu bisa diwujudkan, maka layanan publik dan kesejahteraan warga bisa jadi lebih efisien.

Dosen Indonesia International Institute for Life Sciences  (i3L) School of Business, John Vong mengungkapkan, konsep ini sudah diperkenalkan sejak 2015, dan era new normal menjadi salah satu masa ke arah sana. Smart nation merujuk pada pendidikan tanpa sekolah, kesehatan tanpa rumah sakit dan pengelolaan uang tanpa bank. 

Dukung Kemendikbud, Ada Platform Sekolah Gratis Bisa Dimanfaatkan

Baca juga: China-India Memanas, Xiaomi Ganti Logo

Smart nation memerlukan smart people, dan dengan dengan sendirinya smart people membutuhkan smart education. Pendidikan terapan akan memegang peranan yang sangat penting,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip VIVA Tekno Senin 29 Juni 2020.

Ponsel Rp800 Ribuan Ini Pas untuk Belajar Online, Ada Internet Gratis

Untuk bisa mewujudkan smart education, kata John, para guru harus diberi pelatihan bagaimana cara mengajar yang tepat kepada murid. Siswa juga disiapkan untuk bekerja dalam industri baru, seperti telemedicine, transportasi online, atau teknologi finansial.

Koneksi internet

Menurut John, tantangan dari smart education saat ini adalah koneksi internet yang belum tersedia secara merata, sehingga tenaga pengajar dan siswa belum siap menyambut cara baru tersebut. Perhatian tidak hanya ditujukan pada alat-alat pembelajaran jarak jauh atau learning management system, namun menciptakan lingkungan pembelajaran. 

“Sekolah-sekolah atau pendidikan tinggi harus memberikan ruang kepada orangtua, untuk memberikan kontribusi pada penyusunan kurikulum,” jelasnya.

Pertukaran pelajar

John menjelaskan, teknologi dan sains harus diajarkan bersamaan dengan ilmu sosial, sehingga memberikan perkembangan yang menyeluruh dan kontribusi di kualitas tenaga kerja yang dihasilkan. Seperti yang dilakukan di program studi International Business Management di i3L School of Business, yang memberi kesempatan magang di perusahaan-perusahaan di luar negeri.

“Pertukaran mahasiswa dengan universitas-universitas di luar negeri akan membantu bekerja di budaya yang berbeda, dan mendapatkan peluang-peluang baik peluang pekerjaan atau peluang bisnis,” ungkapnya.

Baca juga: Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Itu Subak Bali?

Sebagai informasi, i3L Business School secara rutin menjalakan program pertukaran pelajar. Seperti dengan University of New South Wales (UNSW) Australia dan University Applied Sciences & Arts Northwestern Switzerland.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya