Menristek Sebut Vaksin COVID-19 Bisa Jadi Produk Inovasi dari RI

Ilustrasi Vaksin COVID-19
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Meski kini ada yang mengaitkan virus Corona tipe baru alias COVID-19 sebagai konspirasi, namun data terbaru memperlihatkan virus ini sudah menginfeksi sekira 16 juta orang di berbagai negara dunia. Tak heran jika keberadaan vaksin untuk mengatasinya terus dicari dan diteliti.

mRNA: Vaksin Masa Depan dan Kunci Ketahanan Nasional?

Melihat kebutuhan vaksin tersebut, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk bisa mendapatkan vaksin COVID-19, yakni melalui kerja sama dengan luar negeri, dengan memperhatikan uji coba klinis di Indonesia.

Cara kedua, memproduksi vaksin secara mandiri di dalam negeri. Untuk cara ini, kata Bambang, pengembangansudah dijalankan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Ditargetkan pertengahan tahun 2021, sudah bisa di  produksi massal, dan sudah melalui uji klinis.

Angka COVID-19 Naik Jelang Nataru, PAPDI Rekomendasikan Ada Vaksin Booster Lanjutan

“Uji klinis Sinovac vaksin di Indonesia, yang merupakan kerja sama Biofarma dan Sinovac, sekarang sudah memasuki uji klinis tahap tiga. Jika uji klinisnya selesai, maka harus dilihat dulu efektif vaksin tersebut untuk masyarakat Indonesia.  Kalaupun efektif, akan dilihat tingkat keefektifannya berapa persen,” ujarnya, Minggu 26 Juli 2020.

Baca juga: Soal Vaksin dan Cara Atasi COVID-19 di Indonesia, Ini Kata Menristek

Vaksin COVID-19 Berbayar Setelah 31 Desember 2023

Jika sudah bisa dipergunakan, kata dia, harus diberitahu juga kepada orang yang di vaksin itu, bisa saja harus revaksinasi di waktu berikutnya. Hal ini untuk melihat kesesuaian vaksin Sinovac yang research and development-nya dilakukan di China, dengan virus yang bertransmisi secara lokal di Indonesia.

Bambang mengatakan, salah satu tugas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yaitu melakukan integrasi kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (Litbangjirap) dari para stakeholder di Indonesia, termasuk juga untuk penyediaan vaksin untuk COVID-19.

Menariknya dari Kemristek/BRIN, untuk pertama kalinya di portofolio Kabinet RI, ada kata 'inovasi'. Menurut Bambang, artinya Presiden RI Joko Widodo ingin pertumbuhan ekonomi Indonesia, beralih dari yang berbasis sumber daya alam menuju sesuatu yang berbasis inovasi. Ini seperti yang diterapkan di Korea Selatan

“Dengan adanya mandat inovasi, maka hilirisasi produk riset dan inovasi menjadi keharusan dan mutlak sehingga berguna bagi masyarakat Indonesia dan Dunia. Cara kita untuk melakukan hilirisasi, memang harus mendorong dan atau menciptakan kepastian pasar dari sisi pembelinya,” kata Bambang.

Oleh sebab itu, Bambang mengapresiasi para inventor dan inovator Indonesia. Sebab saat adanya pandemi ini, kat dia, mereka mampu menghasilkan produk-produk  inovasi, dalam waktu yang sangat pendek. Selain itu, klaim dia, KemristekBRIN juga berhasil menggandeng beberapa mitra industri.

”Produk inovasi karya anak bangsa, sebaiknya di tahap awal pembelinya harus dari Pemerintah, karena tanpa adanya jaminan pembelian, tidak ada pihak yang mau untuk memproduksi, yang melakukan riset dan inovasi mungkin banyak di Indonesia, tapi yang memproduksi yang tidak mau,” paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya