Remaja 16 Tahun Diduga Terlibat Peretasan Akun Twitter

Ilustrasi/peretasan
Sumber :

VIVA – Media sosial kini menjadi bagian hidup masyarakat modern, untuk berbagi informasi, isi pikiran, serta kegiatan yang dilakukan. Sayangnya, risiko peretasan serta kebocoran data masih membayangi para pemilik akun, seperti yang terjadi pada media sosial Twitter beberapa waktu lalu.

Video Anak Kecil Mengendarai Sepeda Motor, Ada Risiko Hukumnya

Melansir dari laman Cnet.com, Sabtu 5 September 2020, sejumlah remaja ternyata memiliki peran penting dalam aksi peretasan massal sejumlah akun Twitter beberapa waktu lalu. Salah seorang di antaranya, bahkan diketahui berusia 16 tahun asal Massachussetts.

Berdasarkan penyelidikan FBI, remaja itu diduga ikut andil dalam aksi peretasan Twitter. Bahkan sudah dilakukan penggeledahan rumahnya, namun dia  membantah keterlibatan dirinya. Informasi mengenai individu itu tidak bisa disebutkan, karena usia yang masih dibawah umur.

Akibat Rem Mendadak, Pengendara Motor Tabrak Pikap hingga Terjungkal

"Sampai hari ini, kami tidak punya informasi tambahan yang kami bisa publikasikan mengenai kasus ini," kata pihak FBI.

Sebelumnya, FBI telah menangkap tiga orang yang dianggap terlibat. Salah satunya Graham Ivan Clark yang berusia 17 tahun asal Florida, ditufuh jadi dalang peretasan.

Viral di Media Sosial Tawuran Brutal Antar Pelajar, 3 Pelaku Terancam Hukuman Penjara 10 Tahun

Pihak Departemen Kehakiman juga telah mengajukan dakwaan untuk dua orang lainnya, yakni Mason Sheppard asal Inggris berusia 19 tahun dan Nima Fazeli dari Florida Amerika Serikat berumur 22 tahun.

Sebelumnya pihak Twitter menjelaskan peretasan terjadi dengan cara para hacker menipu karyawan perusahaan lewat penipuan telepon. Ini dilakukan untuk mendapatkan kontrol dari sistem internal raksasa media sosial itu.

Korban dari peretasan Twitter itu sebagian besar dari akun bercentang biru sebut saja Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama hingga CEO Tesla Elon Musk. Para pelaku berhasil mengambil alih akun-akun itu dan mengunggah Tweet dari sana.

Tweet yang diunggah adalah meminta followers akun-akun itu mengirimkan Bitcoin ke sebuah alamat yang dikatakan bisa menggandakan uang mereka. Penipuan ini berhasil mengumpulkan lebih dari US$100 ribu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya