Paramedis Inggris Bisa Beraksi seperti Iron Man

Uji coba jetpack untuk paramedis
Sumber :
  • Daily Mail

VIVA – Paramedis Ambulans Udara yang menggunakan pakaian bertenaga roket, siap merawat orang yang sakit layaknya karakter Iron Man. Pakaian canggih itu telah lolos uji terbang, dan rencananya akan memantau para pelancong yang membutuhkan pertolongan medis di kawasan pegunungan.

Geger Polisi Tertembak dan Tewas di Tempat, Mantan Istri: Dia Orang Baik

Pakaian terbang yang dikembangkan oleh Richard Browning tersebut ditempatkan di Langdale Pike, Inggris di mana ia terbang di atas medan yang sulit pada ketinggian hingga 20 kaki untuk mencari sekelompok pelancong yang butuh bantuan.

Sebagai bagian dari uji coba, 'helikopter' ambulans ini mampu mencapai puncak Gunung Helvellyn setinggi 3.117 kaki dalam waktu kurang dari delapan menit, sementara helikopter biasa membutuhkan waktu tiga kali lebih lama dan seorang paramedis yang berjalan kaki akan memakan waktu setidaknya satu jam.

Israel Serang Tepi Barat, Staf Paramedis di Gaza Ditahan

Great North Air Ambulance Service (GNAAS) telah berdiskusi dengan Browning untuk menggunakan jetsuit selama lebih dari setahun, dan menyarankan penggunaan resmi pertama bisa dilakukan paling cepat musim panas mendatang.

Baca juga: Pengguna Google Meet Gratis Bisa Bernafas Lega

Perusahaan Dubai Luncurkan Layanan Pengiriman Super Cepat dengan Jetpack: Super wings di Dunia Nyata

Setelan itu dijual seharga £340 ribu atau setara Rp6,5 miliar. Tetapi, Browning dan perusahaannya Gravity mengatakan sedang mempertimbangkan pengaturan sewa dengan layanan darurat yang membutuhkannya.

Director of Operations GNAAS, Andy Mawson, mengatakan manfaat terbesar yang didapat dari jetpack itu adalah kecepatan, karena mereka akan memungkinkan penanggap pertama untuk mencapai orang yang terluka, atau menemukan kelompok yang hilang, lebih cepat daripada metode lain.

Jika idenya berhasil, paramedis terbang akan dipersenjatai dengan peralatan medis, dengan pereda nyeri yang kuat untuk pejalan kaki yang mungkin mengalami patah tulang, serta defibrilator untuk mereka yang mungkin menderita serangan jantung.

"Apa yang memakan waktu hingga satu jam untuk mencapai pasien, mungkin hanya membutuhkan beberapa menit, dan itu bisa berarti besar antara hidup dan mati," tuturnya, dikutip dari Daily Mail, Kamis 1 Oktober 2020.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya