Beratnya Proses Belajar Online di Perbatasan Indonesia-Malaysia

Ilustrasi anak belajar.
Sumber :
  • dok. pixabay

VIVA – Data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mencatat, kurva pasien terinfeksi Virus Corona di Indonesia hingga Kamis hari ini, 1 Oktober 2020, masih memperlihatkan adanya kenaikan. Namun, kabar positifnya, jumlah kasus harian sembuh juga bertambah.

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Kasus harian sembuh per Kamis hari ini bertambah sebanyak 3.540 orang. Dengan demikian, total sementara sejauh ini pasien sembuh dari COVID-19 sudah mencapai 218.487 orang. Sementara, untuk jumlah kasus positif harian per hari ini tercatat bertambah sebanyak 4.174 kasus.

Oleh karena itu, total sementara secara keseluruhan menjadi 291.182 kasus. Kemudian, untuk kasus pasien COVID-19 yang meninggal dunia, per hari ini telah bertambah sebanyak 116 orang. Dengan penambahan tersebut, maka total sementara pasien meninggal seluruhnya menjadi 10.856 orang.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

COVID-19 merupakan wabah yang telah melanda seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Dengan belum setopnya penyebaran pandemi ini tentu kegiatan luar rumah secara bebas dan normal 'terpaksa dihentikan'.

Sejak Maret lalu hingga sekarang, pandemi COVID-19 di Tanah Air berdampak pada beberapa aspek penting, yakni ekonomi, sosial, pendidikan, serta pariwisata.

RSUD Smart Pamekasan Larang Nakes Cuti Antisipasi Lonjakan Pasien Pasca Libur Lebaran

Untuk sektor pendidikan, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), adalah menggelar PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh lewat penyaluran kuota internet gratis. Bantuan ini dibagi ke dalam kuota umum dan kuota belajar yang akan disebar setiap bulannya.

Dengan PJJ ini harapannya pelajar/mahasiswa dan guru/dosen harus mempersiapkan kenormalan baru, seperti tatap muka online dengan smartphone atau laptop mereka masing-masing. Akan tetapi, program ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Selain kebiasaan baru agar terdidik dan tenaga pendidik lebih digital-sentris, tidak semua pelajar memiliki anggaran untuk membeli kuota internet untuk akses belajar online. Belum lagi jika sinyal operator seluler yang tidak stabil di beberapa daerah rural (perdesaan).

Salah satunya Haris (18). Anak muda yang kini resmi menjadi mahasiswa di Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Kalimantan Barat itu menceritakan pengalamannya dalam belajar online.

"Saya merasa angkatan SMA lulusan Corona. Karena, ujian sekolah dan nasional dilakukan secara online. Persiapan belajar online menggunakan laptop dan hp," ungkap Haris.

Ia juga menyampaikan bahwa dirinya sangat mengetahui berapa kuota internet yang dihabiskan jika dipakai untuk belajar online. Haris lalu mencontohkan sekali melakukan konferensi video bisa menghabiskan kuota internet hampir 1GB.

“Alhamdulillah dapat bantuan 50GB dari pemerintah. Ini sangat membantu. Saya (tinggal) di Sambas jadi sinyalnya tidak stabil, karena infrastruktur di sana belum merata. Apalagi dekat perbatasan Indonesia-Malaysia sangat sulit dapat sinyal," papar Haris.

Mahasiswa jurusan Informatika itu juga mengapresiasi Tri Indonesia yang sudah memberikan bantuan kuota internet sebesar 30+6GB. Ia mengaku jika tiang pemancar operator telekomunikasi itu dekat dengan rumahnya sehingga sinyalnya bagus. Tapi, untuk beberapa daerah sinyal tiba-tiba hilang.

"Harap maklum saja karena Sambas termasuk daerah pelosok," ungkap Haris. Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama Tri Indonesia, Danny Buldansyah, mengaku senang bisa berada di depan bersama dengan pemangku kebijakan untuk memajukan pendidikan Indonesia di saat pandemi seperti sekarang.

Tidak hanya itu, ia mengatakan masing-masing pelajar atau mahasiswa juga berpeluang mendapatkan bonus kuota 36GB, dengan 10GB bisa dipakai untuk aplikasi apapun dan 26GB khusus untuk aplikasi edukasi yang akan diberikan setelah peserta didik dan tenaga pendidik menerima notifikasi SMS dari Tri Indonesia.

"Kami ingin mendukung dan menciptakan Haris dan anak muda lainnya yang pantang menyerah serta sukses dengan memanfaatkan teknologi untuk belajar. Kami siap untuk menemani jalan sukses mereka,” tegas Danny.

Ia menyebut Tri Indonesia hadir untuk memberikan bantuan kepada seluruh civitas akademika di Indonesia untuk bisa tetap melaksanakan kegiatan belajar-mengajar online di tengah pandemi COVID-19.

"Untuk mendapat kuota internet gratis, mereka cuma perlu mendaftarkan kartu SIM Tri yang dimilikinya ke perguruan tinggi. Setelah itu, perguruan tinggi akan mendaftarkan nomor tersebut ke Dikti/Pusdatin untuk kemudian akan direkap semua datanya," tutur Danny.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya