Logo DW

Tekan Lonjakan Angka Bunuh Diri Lewat Pesan Online

Ilustrasi bunuh diri.
Ilustrasi bunuh diri.
Sumber :
  • Pexels

Tak disangka, Jepang menjadi salah satu negara yang angka bunuh dirinya tinggi. Sebuah studi OECD baru-baru ini menemukan bahwa orang Jepang masuk ke dalam golongan orang-orang yang menderita keterasingan, saat mengukur kontak yang dimiliki individu dengan orang lain.

Data pemerintah Jepang dan PBB mencatat sekitar 50 kasus bunuh diri setiap harinya di negara itu. Seorang wanita dibunuh setiap tiga hari sekali oleh pasangannya atau mantan pasangannya, dan sebanyak 160 ribu kasus pelecehan anak dilaporkan dalam satu tahun.

Kasus bunuh diri selebritas juga meningkat di tahun ini. Tak pelak, angka bunuh diri yang meningkat di kalangan remaja Jepang membuat gelisah Koki Ozora. Pemuda berusia 21 tahun yang juga mengaku pernah tumbuh dalam kesepian dan depresi.

Organisasi nonprofit miliknya, "Anata no Ibasho" atau "Sebuah Tempat Untukmu" dijalankan seluruhnya oleh para relawan. Anata no Ibasho menawarkan layanan pesan singkat 24 jam secara online bagi mereka yang mencari pendengar setia, sekaligus teman bercerita untuk menjawab setiap permintaan – bahkan dalam waktu lima detik untuk situasi mendesak.

Layanan pesan online berbahasa Jepang ini telah berkembang sejak Maret dan kini telah beranggotakan 500 relawan.

Banyak dari mereka yang tinggal di luar negeri dengan zona waktu yang berbeda untuk menyediakan konseling selama jam-jam rawan tindakan bunuh diri, yakni antara jam 10 malam hingga subuh.

Ide Ozora berhasil diimplementasikan selama pandemi karena semua dilakukan secara virtual, termasuk pelatihan untuk para relawan. Layanan pesan online memang jarang ada di Jepang. "Ini benar-benar memberi saya harapan. Mereka bilang ke saya bahwa mereka harus melakukan sesuatu,” kata Ozora.