Rumitnya Mempelajari Mimpi

ilustrasi mimpi
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Bunga tidur alias mimpi ternyata memiliki tahapan dan jauh lebih kompleks. Ada penelitian sebelum abad ke-21 yang menyebut mimpi terjadi pada fase Rapid Eye Movement atau REM, namun ternyata ada perbedaan di masa sekarang.

Terenyuh! Tamara Tyasmara Tetap Beliin Baju Lebaran Hingga Sajadah Buat Dante: Siapa Tahu Dia Dateng

Penelitian terbaru menyebutkan sejumlah orang dapat mengingat mimpi meskipun mereka terbangun dari fase tidur non-REM. Namun, hingga saat ini ahli neurosains masih meneliti perbedaan di antara keduanya.

Baca: Jangan Mimpi Jadi The Flash atau Thor

Didatangi Olga Dalam Mimpi, Begini Cerita Billy Syahputra

Melansir situs Science Alert, Senin, 26 Oktober 2020, jika orang yang terbangun di fase REM, maka ia bisa mengingat mimpinya dengan jelas dan mampu bercerita secara emosional sehingga dapat dijelaskan ke dalam lebih banyak kata-kata.

Namun sebaliknya. Untuk fase non-REM jauh lebih sedikit mimpi yang bisa diingat dan cenderung mirip seperti berpikir. "Kami tahu mimpi REM lebih panjang dan mirip seperti film," ungkap ahli saraf dari Universitas Sao Paulo Brazil, Sidarta Ribeiro.

Ruben Onsu Didatangi Olga dan Jupe Lewat Mimpi Saat Dirawat di ICU: Mereka Nyuruh Saya Pulang

Ia bersama para ilmuwan lainnya mengembangkan alat analisa untuk mengambil laporan secara kualitatif dan menampilkan dalam bentuk grafik. Mereka mengumpulkan 133 laporan mimpi dari 20 relawan yang terbangun dari beberapa tahapan mimpi.

Lalu, para ilmuwan membuat grafik kata-kata dan menggantinya dengan node pada grafik. Hasilnya alat itu menemukan laporan mimpi REM jauh lebih kompleks dan penuh informasi berbanding terbalik pada tahap non-REM.

Jika dibandingkan pada tahap REM, mimpi tidur kategori N2 atau non-REM, dan tidur tahap gelombang lambat atau nyenyak jauh lebih pendek dan jarang diingat hingga kurang intens.

Menurut Sidarta, tidur REM memiliki aktivitas kortikal dan otot atonia yang menyebabkan waktu terbaik untuk mengeluarkan narasi interaktif tanpa gangguan. Hal ini juga yang membuat relawan survei lebih mudah menyusun laporan mimpi.

"Dalam pengertian ini, pengalaman mimpi yang koheren, imersif dan seperti cerita mungkin lebih mudah diatur dalam laporan. Sementara pengalaman mimpi yang terfragmentasi dan terisolasi relatif sulit untuk diatur secara mental. Dengan demikian kurang bisa terhubung," jelas Sidarta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya