China Akan Jadi Pemimpin Kecerdasan Buatan, Pantas Joe Biden Kepincut

Kecerdasan buatan China.
Sumber :
  • Creative Tinge

VIVA ; Tahukah Anda jika pemerintah China menggelontorkan uang hingga US$150 miliar atau setara Rp2.075 triliun hanya untuk membangun industri teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) nasional? Negeri Tirai Bambu memiliki ambisi yang tidak main-main di bidang teknologi.

Qualcomm Snapdragon X Plus, Chipset Pendukung Laptop AI

Bahkan, menurut The New York Times, Beijing sudah melirik kecerdasan buatan sebagai salah satu dari tujuan utama untuk dikembangkan sejak 2017. Kini, selain menjadikannya target tingkat nasional, China juga berencana memimpin sektor tersebut secara global.

Hal ini dibuktikan dengan menetapkan rencana pengembangan untuk mengubah China menjadi pemimpin dunia dalam bidang teknologi kecerdasan buatan (AI) pada 2030. Hal ini memunculkan dua sisi.

AS Gelontorkan Lagi Rp 420 Triliun Lebih untuk Perang Israel di Gaza

Satu sisi, China siap mengejar pesaing terkuatnya, yaitu Amerika Serikat (AS). Sisi lainnya, mengamankan posisinya sebagai negara besar. Artinya di sini adalah investasi uang. Tujuannya adalah membangun industri nasional senilai lebih dari Rp2 ribu triliun melalui teknologi.

Pantas saja, Presiden AS Terpilih, Joe Biden, kepincut dengan China. Ia pernah berjanji jika terpilih sebagai orang nomor satu di AS akan menggandeng China untuk bermitra untuk bersama-sama mengeksplorasi luar angkasa.

Kemnaker Berkomitmen Terus Tingkatkan Kinerja Layanan Publik Balai Besar K3 Jakarta

Beijing menetapkan jadwal untuk menentukan kapan mereka menjadi pemimpin dunia dalam teknologi mutakhir. Wakil Menteri Sains dan Teknologi China, Li Meng, memprediksikan bahwa tahun ini teknologi dan fasilitas penelitian AI China akan menyamai negara-negara maju, di mana mencapai produksi sebesar US$ 22 miliar atau Rp304 triliun.

"Nah, baru pada tahun 2030 kami berharap ada terobosan yang akhirnya menjadikan China akan menjadi pusat inovasi global dengan produksi senilai US$147 miliar (Rp2.033 triliun)," ungkap Meng, seperti dikutip dari e27, Selasa, 10 November 2020.

Rencana tersebut menandakan keinginan China untuk memimpin daerah yang berkembang pesat. Dengan maksud untuk mengamankan posisi pertama ini maka pemerintah akan berinvestasi untuk memastikan bahwa perusahaan dan militer harus sama-sama terjun ke industri kecerdasan buatan.

Mereka akan melakukannya dengan mendukung penuh Proyek Moonshot. China ingin memperkenalkan artificial intelligence di hampir semua bidang masyarakat. Mulai dari pertanian dan obat-obatan hingga manufaktur.

Di bidang militer, China ingin mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam peluru kendali, menggunakannya untuk melacak orang-orang di kamera sirkuit tertutup, menyensor internet, dan bahkan memprediksi kejahatan.

Selain itu, China berencana menarik perusahaan swasta seperti Baidu yang telah menjalankan pusat penelitian artificial intelligence di Silicon Valley, AS, dan tahun ini sudah mengumumkan akan membuka laboratorium barunya di China.

Seperti diketahui, selama pandemi COVID-19, China begitu menonjol sebagai pemimpin yang jelas untuk aplikasi kecerdasan buatan di industri perawatan kesehatan sebagai contoh. China juga meningkatkan penggunaan alat perawatan kesehatan AI, tidak hanya di rumah sakit tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang akan dilakukan China ternyata menimbulkan kekhawatiran bagi AS. Apalagi mereka sudah menyadari bahwa investor kakap China telah membantu mengembangkan banyak perusahaan-perusahaan AS.

Oleh karena itu, salah satu cara untuk menghentikannya dengan melarang kesepakatan bisnis. Namun, apakah langkah itu sudah cukup? Lantas, bagaimana sikap Joe Biden melihat sikap agresif China? Pantas untuk ditunggu jawabannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya