Arkeolog Temukan Kerangka Anak Ribuan Tahun di NTT

Pulau Alor, NTT.
Sumber :
  • indonesia.travel

VIVA – Arkeolog telah menemukan pemakaman anak langka berusia delapan ribu tahun silam di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Makam tersebut merupakan yang pertama mereka temukan dari periode Holosen.

Anutusias Punya Anak Perempuan, Alyssa Soebandono Sampai Lakukan Hal Ini

Dari situs Daily Mail, Jumat, 13 November 2020, ketika mati anak yang ada di sana diperkirakan berusia empat hingga delapan tahun. Para peneliti juga memiliki gambaran soal bagaimana ritual penguburan pada waktu itu.

Baca: Horor, Arkeolog Temukan 3 Kerangka Manusia di Bekas Penjara

Skenario Tante Bunuh Keponakan di Tangerang, Ambil Perhiasan Korban Biar Dikira Kasus Pencurian

Ada cat oker berwarna merah di pipi mereka dan sebuah batu di bawah kepala. Lengan dan kakinya sudah dilepas sebelum dimakamkan. Praktik ini juga ditemukan di situs pemakaman lainnya dengan periode waktu yang sama.

"Kurangnya tulang panjang mengartikan bahwa praktik ini juga ada di beberapa situs pemakaman lainnya pada periode yang sama, di Jawa, Kalimantan dan Flores. Namun ini pertama kalinya kami melihat pada pemakaman anak," kata peneliti.

Terungkap, Arti Nama Anak Perempuan Dude Harlino dan Alyssa Soebandono

Makam di Gua Makpan memberi gambaran bagaimana orang pada masa itu memperlakukan anak-anak. Peneliti berharap bisa membuat kronologi dan pandangan tentang praktik penguburan dengan membandingkan makam dewasa dan anak-anak.

Salah satu peneliti dari Universitas Nasional Australia, Sofia Samper Carro mengatakan, jenis kelamin dan usia pasti anak itu masih misteri.

Meskipun struktur giginya sama seperti anak usia enam hingga delapan tahun, tapi kerangkanya seperti usia empat hingga lima tahun.

"Kami ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah kerangka ini ukurannya lebih kecil karena faktor makanan atau lingkungan, atau mungkin juga karena terisolasi di sebuah pulau," tuturnya.

Tengkorak dewasa yang ditemukan di Pulau Alor ukurannya juga relatif kecil. Jika mereka hidup di dekat laut, kemungkinan mereka hanya memiliki pola makan dari satu sumber protein, menyebabkan mereka memiliki gejala kekurangan gizi yang mempengaruhi pertumbuhan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya