Logo DW

Mungkinkah Ada Kembang Api Ramah Lingkungan?

Ilustrasi kembang api.
Ilustrasi kembang api.
Sumber :
  • dw

Pesta kembang api dan petasan sejak beberapa abad terakhir menjadi bagian integral beragam perayaan penting di seluruh dunia. Mulai dari yang paling populer, seperti pesta kembang api di malam Tahun Baru hingga perayaan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat (AS) atau Festival Diwali di India. Buncah letupan cahaya berwarna-warni di langit malam, nyaris menjadi simbolisme dari semua perayaan tersebut.

Tapi seiring bertambahnya kesadaran lingkungan, impak dari pertunjukkan cahaya pyroteknik itu makin menjadi sorotan kritis. Dibuat dari plastik dan bahan kimia berbahaya, kembang api tidak hanya memicu polusi tanah tapi juga polusi udara yang bisa berdampak serius pada kualitas udara yang kita hirup saat bernapas.

Dampak negatif kembang api

World Health Organization (WHO) melaporkan, partikel halus berdiameter kurang 2,5 mikrometer atau disebut "PM2.5" sebagai impak dari letupan kembang api, dapat menembus lapisan pelindung paru-paru dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Paparan kronis pada PM2.5 memberikan kontribusi pada penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan hingga kanker paru-paru. Demikian laporan organisasi kesehatan dunia itu.

Jawatan lingkungan federal Jerman dalam laporan paling anyar menyebutkan, lebih dari 2.000 ton partikel amat halus PM 2.5 disemburkan ke atmosfer setiap tahunnya sebagai dampak pembakaran kembang api. Sekitar 75% diproduksi pada tanggal 31 Desember, ketika langit dan setiap sudut jalanan ibaratnya menjadi kanvas buat seni letupan kembang api dan petasan.

Sementara laporan dari India menyebutkan, di akhir Festival Diwali yang dirayakan oleh pemeluk Hindu, Jains dan Sikh selama lima hari pada bulan November yang dipuncaki dengan festival kembang api, menyumbang naiknya kadar PM 2.5 pada tingkat mendekati ambang batas aman. Bahkan pada tahun 2020, di saat pembatasan ketat akibat pandemi corona, di akhir festival Air Quality Index (AQI) di ibukota India menunjukkan level PM 2.5 pada kisaran 481, dengan indeks maksimal berdasar WHO pada angka 500.

Berkontribusi pada polusi