Bukan Cuma Sputnik V, Rusia Juga Punya Obat Penyembuh Corona

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Rusia menjadi salah satu negara yang aktif memerangi virus Corona, dengan cara membuat berbagai macam obat dan vaksin. Terbaru, mereka baru saja selesai melakukan uji klinis tahap awal untuk antidot COVID-19.

5 Negara Pemegang Hak Veto di PBB, Keputusan Internasional Ada di Tangan Mereka

Dilansir dari Rtnews, Minggu 3 Januari 2021, hasil tes awal menunjukkan bahwa obat penangkal tersebut memiliki tingkat efektivitas yang sangat tinggi. Hal itu dikatakan oleh Kepala Federal Medical and Biological Agency Rusia, Veronika Skvortsova.

“Ini adalah obat pertama yang secara langsung menyerang virus ke sumbernya. Bisa dikatakan, ini adalah penawar bagi orang yang terjangkit COVID-19,” ujarnya.

Houthi Tuding Arab Saudi hingga Rusia, China dan Iran Mulai Satukan Kekuatan

Veronika menjelaskan, dari hasil pengujian diketahui bahwa obat antidot ini aman untuk dikonsumsi. FMBA akan terus melakukan uji klinis lanjutan, dan ia berharap obat bisa segera mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan negara tersebut.

FMBA juga mengembangkan obat jenis lain yang diharapkan bisa menyembuhkan pasien COVID-19 yang mengalami komplikasi. Obat ini disebut bisa mencegah kerusakan pada lapisan jantung, yang menjadi penyebab pasien kesulitan bernapas.

Demi Alasan Keamanan, Polandia Siap Tampung Senjata Nuklir NATO

Sebagai informasi, Rusia juga memiliki Avifavir, yakni obat yang diklaim bisa menyembuhkan pasien virus Corona. Akhir tahun lalu, Russian Direct Investment Fund (RDIF) bersama mitranya, ChemRar Group telah setuju untuk mendistibusikan obat tersebut ke beberapa negara, seperti Belarusia, Bolivia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

Selang beberapa bulan kemudian, obat itu juga dikapalkan ke beberapa negara lainnya, yakni Argentina, Bulgaria, Brasil, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kuwait, Panama, Arab Saudi, dan Afrika Selatan.

Avifavir dibuat oleh Rusia, berdasarkan obat Favipiravir yang dikembangkan di Jepang dan digunakan secara luas di negara tersebut untuk pengobatan berskala besar.

Hasil uji klinis di Jepang maupun Rusia, diklaim menunjukkan bahwa kedua obat itu aman dikonsumsi oleh pasien. Namun, dibutuhkan resep dokter untuk mendapatkannya, dan pengguna harus dalam pengawasan ketat oleh tim medis.

Sebelumnya, Rusia juga aktif mengembangkan vaksi Sputnik V, yang saat ini jadi bahan sorotan. Mereka mendapat pesanan ratusan juta dosis dari India dan beberapa negara lain. Vaksin tersebut juga sudah didaftarkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya