Meski Masih Pandemi, Ketahanan Pangan Terus Digenjot Lewat Inovasi

Daging ayam.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Pandemi COVID-19 mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia. Mulai dari cara mereka bekerja hingga bagaimana menjaga kesehatan dan kebugaran. Wabah ini ibarat dua sisi mata uang. Satu sisi membuat daya beli masyarakat menurun akibat banyak yang harus kehilangan pekerjaan.

Cuan Banget, Inilah Kenapa Live Selling Disarankan Buat Para Penjual Online

Namun, pada sisi lainnya justru memunculkan berbagai inovasi baru, termasuk yang berkaitan dengan ketahanan pangan. Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syahruddin, menyebut bahwa ketersediaan produksi daging dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan nasional.

Baca: Rekayasa Genetika Jadi Solusi Masalah Pangan

Riset: Kebiasaan Belanja Orang Indonesia, Bandingin Harga di Situs Online dan Toko Offline

Oleh sebab itu, butuh implementasi teknologi agar hal itu bisa tercapai. Misalnya, bioteknologi reproduksi dipadukan dengan teknologi marka genetik. “Implementasi iptek tersebut ke masyarakat ataupun industri peternakan, akan mempercepat pencapaian swasembada daging nasional,” kata dia, seperti dikutip dari situs LIPI, Kamis, 7 Januari 2021.

Salah satu bentuk dukungan tersebut kini sedang dilakukan oleh PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMU). Perusahaan yang segera listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu memiliki unit-unit bisnis meliputi breeding farm, hatchery, commercial broiler farm, commercial layer farm, slaughterhouse, dan feedmill.

2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini

"Unit-unit bisnis ini ada di beberapa lokasi fasilitas yang tersebar di Pulau Jawa. Konsumen kami tersebar di seluruh Indonesia dan kebutuhan protein daging ayam nasional terus meningkat," kata Direktur Utama Widodo Makmur Unggas, Ali Mas’adi.

Ia juga mengaku menciptakan operasi terstandardisasi berdasarkan kekuatan riset dalam menentukan genetika ternak terbaik, teknologi pakan dan pertanian, menerapkan bio-security dengan ketat dan Good Farming Practices (GFP), serta Good Breeding Practices (GBP) di peternakan.

Model bisnis ini, lanjut Ali, adalah bagian dari inovasi pelayanan yang menghubungkan berbagai proses bisnis dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani Indonesia dengan produk daging ayam yang diproduksi oleh perseroan.

"Meski pandemi belum berlalu, kami tetap optimis melanjutkan torehan kinerja positif dengan memproyeksikan penjualan meroket 436 persen dan laba bersih 259 persen dari tahun lalu. Kami pun fokus pada pengembangan bisnis produksi karkas. Sepanjang semester pertama tahun lalu produksi karkas tumbuh 22 persen jadi 16 ribu ton," jelasnya.

Seperti diketahui, WMU akan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). Ali mengaku melepas sebanyak-banyaknya 5.923.076.900 saham baru ke publik setara dengan sebanyak-banyaknya 35 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah IPO.

Ia menawarkan harga IPO perseroan berkisar antara Rp142 sampai Rp200 per lembar sahamnya. Ali mengatakan akan memakai dana IPO sebesar 74,3 persen untuk menambah serta memperluas sarana produksi.

Sementara yang 25,7 persen akan digunakan untuk membeli bahan baku pada feedmill dan pembelian ayam broiler komersial untuk slaughterhouse. Saat ini, komposisi kepemilikan saham WMU dimiliki oleh PT Widodo Makmur Perkasa (WMP) 90 persen, Warsini 5 persen, dan Wahyu Andi Susilo 5 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya