WhatsApp Bikin Ulah Jadinya Kena Getah

WhatsApp.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Rencana WhatsApp sepertinya berantakan. Karena, kebijakan privasi baru yang diumumkan pada awal tahun ini hasilnya tidak sesuai harapan, tapi justru menimbulkan kekisruhan. Aturan itu memaksa pengguna di seluruh dunia supaya mau menyerahkan data pribadinya ke Facebook dan anak usaha lainnya.

WhatsApp Allows Users to Pin Multiple Messages in a Chat

Pengguna cuma dikasih dua pilihan. Kalau bersedia maka mereka bisa terus menggunakan WhatsApp. Namun kalau tidak maka siap-siap tidak mengakses aplikasi pesan instan paling laku di dunia tersebut.

Baca: Lama Menghilang, Asgardia Muncul dan Bikin Aturan Mirip WhatsApp

WhatsApp Dongkrak Kemampuan Fitur Ini

Tak pelak, WhatsApp diserang dari segala penjuru. Meski pada akhirnya penerapan aturan tersebut diundur dari awalnya 8 Februari menjadi 15 Mei 2021, namun hal itu tidak membuat anak usaha Facebook ini tenang.

Berdasarkan data dari Sensor Tower menunjukkan bahwa unduhan atau download WhatsApp di Indonesia pada 21 Desember 2020 sampai 3 Januari 2021 di App Store masih tembus 1,9 juta kali. Namun, dua minggu setelah kebijakan privasi baru diumumkan terjadi penurunan 26 persen atau menjadi 1,4 juta kali.

Begini Cara Blokir WhatsApp tapi Profilnya Tetap Terlihat

Turunnya jumlah pengguna WhatsApp ini membuat pesaingnya, Telegram dan Signal, mengalami lonjakan cukup pesat. Pada 4 Januari sampai 17 Januari 2021, Signal diunduh di App Store Indonesia sebanyak 1,5 juta kali atau melonjak 50 ribu persen.

Kemudian Telegram juga mengalami kenaikan jumlah download hingga 64 persen di periode waktu yang sama. Lalu, aplikasi pesan instan lainnya yang ikut ketiban berkah di Indonesia adalah Line asal Korea Selatan serta BiP buatan Turki. Itu baru perhitungan di iOS, belum yang berasal dari Play Store Android.

Seperti dikutip dari situs SCMP, Sabtu, 23 Januari 2021, pengguna WhatsApp di Indonesia jumlahnya mencapai 140 juta orang. Peningkatan penetrasi internet dan perangkat seluler serta paket data yang semakin mudah dibeli lantaran harganya murah telah membawa jutaan masyarakat untuk beralih ke online dalam beberapa tahun terakhir.

Akibatnya, pengguna telah meninggalkan layanan pesan singkat konvensional atau SMS dan berbondong-bondong hijrah ke media sosial dan aplikasi pesan instan. Supaya diketahui bahwa Facebook belum dapat memonetisasi WhatsApp sejak diakuisisi pada 2009.

Hampir semua pendapatan Facebook sebesar US$21,5 miliar (Rp303 triliun) pada 2020 berasal dari iklan yang disumbang oleh seluruh anak usahanya. Dengan kebijakan privasi baru WhatsApp, perusahaan milik Mark Zuckerberg ini berharap bisa menawarkan lebih banyak iklan, serta memungkinkan untuk melakukan transaksi bisnis melalui Facebook Pay.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya