Tulang Belulang Jadi Petunjuk Perang Evolusi Manusia dan Penyakit

Tulang atau kerangka manusia.
Sumber :
  • New York Post

VIVA – Sebuah penelitian terhadap puluhan ribu kerangka purba telah mengungkapkan bagaimana tubuh manusia berevolusi untuk melawan penyakit, dan bagaimana penyakit juga berevolusi menjadi kurang mematikan dari waktu ke waktu.

Para peneliti di balik studi baru ini mengatakan bagaimana bakteri bermutasi untuk mereplikasi dan memastikan kelangsungan hidup di sebanyak mungkin inang manusia. Pada akhirnya, mikroorganisme atau patogen berbahaya berperang dengan tubuh manusia.

Penyakit kusta, tuberkulosis (TBC) dan treponematosis, merupakan penyakit yang dianalisis dalam penelitian ini. Mereka semua dapat meninggalkan bekas pada tulang dan gigi yang menandakan infeksi. Berkat jenazah manusia dan catatan medis yang tersedia, mereka dapat ditelusuri kembali hingga 200 generasi.

"Masing-masing dari ketiga penyakit ini menunjukkan penurunan prevalensi akibat adaptasi bersama yang saling menguntungkan bagi penyakit dan inang manusia," kata antropolog Maciej Henneberg, dari Flinders University di Australia.

Menurutnya dalam 5.000 tahun terakhir sebelum munculnya pengobatan modern, tanda-tanda tulang TBC menjadi kurang umum, manifestasi tulang kusta di Eropa menurun setelah akhir Abad Pertengahan. Lalu tanda-tanda tulang dari treponematosis di Amerika Utara menurun, terutama di tahun terakhir sebelum kontak dengan invasi Eropa.

Dilansir dari situs Science Alert, Rabu, 3 Maret 2021, peneliti melihat tiga studi sebelumnya dari tiga penyakit, yang mencakup 69.379 kerangka. Di seluruh penelitian yang diamati, usia kerangka ini bervariasi, dari 7250 Sebelum Masehi (SM) hingga saat ini.

Tidak semua kerangka tersebut berasal dari penderita TBC, treponematosis, atau kusta, dan tidak semua kerangka dari orang yang mengidap penyakit tersebut menunjukkan tanda-tanda fisik pada tulangnya. Ukuran sampel cukup besar bagi tim untuk membuat beberapa spekulasi.

Ustaz Maulana: Tiga Manusia Ini Pahalanya Besar, Tapi Dosanya Juga Besar

"Dari perspektif evolusi, masuk akal jika patogen menyebabkan lebih sedikit kerusakan pada inang tempat ia bergantung pada kelangsungan hidupnya, sehingga tingkat penularan yang tinggi tampaknya merupakan sifat evolusioner sementara yang berkurang seiring berjalannya waktu ketika kita melihat kusta, tuberkulosis dan sifilis," kata antropolog Teghan Lucas.

Gerhana Matahari.

Gerhana Matahari Bisa 'Mengocok' Emosi Manusia sampai Mewek

Menurut NASA, jangan heran jika Anda atau seseorang di sekitar akan menangis ketika menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT).

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024