Ganja Sumber Utama Emisi Gas Rumah Kaca

Tanaman ganja.
Sumber :
  • dw

VIVA – Tahukah kamu kalau memproduksi ganja di dalam ruangan penyebab utama emisi gas rumah kaca? Menurut studi baru, yang dikutip dari situs Science Alert, Rabu, 10 Maret 2021, lampu yang digunakan untuk menanam gulma (bunga ganja yang dikeringkan dan siap pakai) di dalam ruangan diketahui menggunakan banyak energi listrik.

Fasilitas Kesehatan Bagian dari Praktik Bisnis Ramah Lingkungan

Mulai dari pengaturan suhu dan kelembaban yang tepat, baik panas maupun dingin, hingga sirkulasi karbondioksida dan oksigen ke dalam ruangan untuk menjaga pertumbuhan ganja. Menurut studi, bertanam ganja di dalam ruangan telah menyumbang 11 sampai 25 persen emisi gas rumah kaca.

Baca: Peneliti Ciptakan Obat Kumur Ganja Pencegah COVID-19

Komersialisasi Kredit Karbon untuk Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Berdasarkan data Departemen Energi, Badan Perlindungan Lingkungan dan industri Amerika Serikat (AS), para peneliti menemukan bahwa menaruh tanaman di dalam ruangan menyebabkan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi di Pegunungan Barat, Barat Tengah di Alaska dan Hawaii, dibandingkan di pantai Pasifik dan Atlantik.

Ini karena iklim di pantai lebih sejuk, sehingga Anda membutuhkan lebih sedikit pemanas atau AC, karena jaringan listrik menggunakan lebih banyak energi bersih. Ganja yang ditanam di California selatan misalnya, memiliki emisi terendah atau setara dengan 143 pon karbondioksida per ons ganja kering.

Mengenal Gurun Atacama, Tempat Pembuangan Pakaian Gak Laku

Sementara itu, O'ahu timur di Hawaii memiliki emisi tertinggi atau setara dengan 324 pon karbondioksida per ons. "Itu kira-kira setara dengan membakar 16 galon bensin," demikian keterangan para peneliti.

Meski begitu, para pembuat kebijakan dan konsumen tidak terlalu memperhatikan dampak lingkungan dari industri ganja. Di Colorado, AS, industri gulma menyumbang 1,3 persen dari total emisi tahunan negara bagian itu. Hal ini serupa dengan emisi dari penambangan batu bara dan pengumpulan sampah untuk seluruh negara bagian.

Saat ini, hanya ada sedikit atau hampir tidak ada peraturan tentang emisi untuk menanam ganja di dalam ruangan. Toh, konsumen juga tidak memikirkan dampaknya terhadap lingkungan. Jadi, secara keseluruhan, industri ganja berkembang sangat cepat tanpa memperhatikan lingkungan.

Industri ganja adalah industri yang sangat baru sehingga para peneliti bahkan tidak tahu berapa banyak yang ditanam di dalam ruangan. Selain itu, setiap pengoperasian dalam ruangan pun unik. Beberapa di antaranya gudang tua yang menggunakan peralatan usang, sementara yang lainnya jauh lebih hemat energi.

Menanam ganja di luar ruangan atau di rumah kaca bisa menjadi salah satu cara untuk menghilangkan kebutuhan lampu dan pengendalian lingkungan. Namun, para peneliti juga tidak mengetahui emisi gas rumah kaca yang terkait dengan metode tanam ganja seperti ini.

"Semua hal yang tidak diketahui ini mempersulit pengembangan kebijakan atau praktik manajemen menanam ganja yang baik. Tujuan kami meneliti adalah untuk mengukur dan mengkomunikasikan ke publik mengenai dampak produksi ganja terhadap lingkungan dari memproduksi ganja," jelas para peneliti.

Selain itu, para peneliti juga ingin menunjukkan emisi gas rumah kaca per porsi tetrahydrocannabinol (THC), bahan aktif yang terkandung pada tanaman ganja, di mana hasil awalnya dilaporkan bahwa satu porsi THC – kira-kira 10 mg bunga ganja kering – cenderung memiliki emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi daripada satu porsi bir, anggur, hingga kopi atau bahkan rokok.

"Tim kami juga tertarik untuk memahami di mana gulma dapat ditanam di wilayah yang memang diizinkan secara hukum. Legalisasi memungkinkan para pembuat kebijakan dan produsen untuk menanam gulma di tempat dan dengan cara yang jauh lebih ramah lingkungan. Tapi, untuk melakukan itu semua, mereka membutuhkan pengetahuan untuk melakukannya," tegas para peneliti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya