Peduli Perubahan Iklim Lewat Teknologi Digital

Ilustrasi teknologi digital.
Sumber :
  • ThreatMetrix

VIVA – Empat tim dari Indonesia dan Malaysia muncul sebagai pemenang pada Climate Hack 2021 yang diadakan Singapore International Foundation (SIF), sebuah hackathon virtual yang memanfaatkan teknologi dan jaringan internasional untuk berinovasi demi perubahan iklim, bersama Code For Asia (CFA).

Tom Lembong Pilih Setia di Gerakan Perubahan: Saya Satu Paket dengan Anies Baswedan

Keempatnya yaitu Not Samsan Tech (Indonesia) untuk e-CO2mmurz, MarhaEnergy Team (Malaysia) untuk MarhaEnergy, WasteBuster (Malaysia) untuk Raccoonia, dan Gold Digger (Indonesia) untuk Agrow.

Sejak Maret hingga Mei 2021, sekitar 500 peserta dari 16 negara di Asia mendaftar untuk mempelajari keterampilan digital, seperti pemikiran desain, UX/UI dan coding, bertukar pikiran, dan mengembangkan solusi untuk meningkatkan ketahanan iklim.

Moeldoko: Otonomi Daerah Harus Lanjutkan Pembangunan Visi Jokowi

Diskusi panel tentang tantangan iklim saat ini dan potensi teknologi dipisahkan menjadi serangkaian workshop peningkatan kapasitas interaktif – yang disebut Skills Lab – dipimpin oleh sukarelawan Singapura dan internasional dari sektor digital.

Menurut Direktur Eksekutif SIF, Jean Tan, pandemi COVID-19 mempercepat adopsi teknologi digital secara global, di mana orang-orang mencari jalan di tengah pembatasan dan kondisi yang mengharuskan mereka untuk menjaga jarak aman namun tetap terhubung.

Pemprov DKI Jakarta Dukung Kerja Sama Proyek MRT Berkonsep TOD dengan Jepang

Pada saat yang sama, perubahan iklim – serupa dengan pengendalian wabah seperti COVID-19 dan masalah lain yang menyebar lintas batas dengan konsekuensi global – hanya dapat ditangani secara efektif melalui kerja sama internasional.

"Karenanya, kami menyelenggarakan Climate Hack 2021 yang memanfaatkan teknologi dan jaringan internasional untuk bekerja sama dalam mengatasi perubahan iklim. Ini juga menandai langkah pertama SIF ke dalam e-volunteering saat kami menavigasi new normal dalam kerja sama internasional untuk pembangunan," ungkapnya, Jumat, 4 Juni 2021.

Sementara itu, Co-founder CFA Enjiao Chen percaya bahwa individu dapat mendorong perubahan melalui inovasi digital yang mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan membangun masa depan yang lebih baik. "Keberhasilan program ini menunjukkan minat terhadap keterampilan digital untuk mengatasi tantangan global," papar dia.

Dua tim perwakilan Indonesia, Not Samsan Tech dan Gold Digger, menambahkan jika program tersebut memberikan pengalaman yang berharga sehingga memenuhi sudut pandang yang baru dan berbeda, serta memberikan perspektif yang baru.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya