Indonesia Negara Paling Kaya dari Sisi Ini

Ilustrasi emisi karbon.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Indonesia merupakan negara paling kaya dari sisi ketersediaan energi bersih, karena memiliki potensi energi terbarukan besar mencapai 442,4 gigawatt (GW). Salah satu yang terbesar adalah energi air yang mencapai 75 GW (75 ribu megawatt/MW).

Survei LSI: Tingkat Kepuasan Publik pada Jokowi Naik 76,2 Persen

Pemanfaatan air sebagai energi listrik di Indonesia juga bisa mencapai kapasitas besar dan mampu mengurangi emisi karbon sangat signifikan. Misalnya, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yang diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton per tahun atau setara dengan kemampuan 12 juta pohon menyerap karbon.

Pemanfaatan energi terbarukan seperti PLTA sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim yang kini makin menjadi kenyataan, seperti peningkatan curah hujan,  banjir, dan kekeringan berkepanjangan. Untuk itu, perlu dukungan penuh dari publik agar Indonesia menjadi negara netral karbon pada 2060.

RKP 2025 Sudah Disusun dengan Prioritaskan Program Prabowo-GIbran, Ini Rinciannya 

"Dukungan publik penting untuk mengatasi berbagai potensi dampak negatif dari transisi energi fosil ke energi terbarukan yang nirkarbon. Juga agar proses transisi dapat berjalan berkeadilan," kata Ketua Yayasan Perspektif Baru, Hayat Mansur, Sabtu, 12 Juni 2021.

Publik yang dimaksud adalah swasta, akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat. Sebagai upaya dekarbonisasi di sektor energi pada 2060, pemerintah berencana menghentikan proyek baru Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara menjadi energi terbarukan pada 2025.

Perpres Perlindungan Anak dari Game Online Segera Rampung

"Jadi, perlu ada penyebaran informasi, dialog sosial, dan edukasi publik mengenai upaya dekarbonisasi sektor energi agar publik mendukung penuh transisi ke energi terbarukan yang lebih bersih karena nirkarbon," jelasnya.

Berdasarkan Persetujuan Paris pada 2015, semua negara harus menurunkan emisi karbonnya termasuk di sektor energi untuk menjaga menjaga ambang batas suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius dan berupaya menekan hingga 1,5 derajat Celcius di atas suhu bumi pada masa pra-industri.

Sementara itu, Ketua Umum METI, Surya Darma, menuturkan bahwa Indonesia kelebihan karbon yang luar biasa untuk sektor energi karena pembangkit batu bara yang menghasikan karbon besar justru memacu pemanfaatnya jauh lebih besar pula. Nah, untuk menurunkan emisi karbon di sektor energi maka harus beralih ke energi terbarukan.

“Upaya dekarbonisasi di Indonesia perlu adanya konsistensi dari pemerintah, antara kebijakan dan implementasi harus sejalan. Saya melihat, perencanaan sudah dijalankan tapi begitu pengorganisasian dan implementasi tidak sesuai dengan perencanaan. Itu yang harus dibenahi ke depannya," ungkap Surya Darma.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya