Gletser Kiamat Kirim Kabar Baik

Gletser.
Sumber :
  • dw

VIVA – Runtuhnya Gletser Thwaites di Benua Antartika menciptakan ancaman karena membuat naik permukaan laut global hingga 3 kaki atau hampir 1 meter. Oleh sebab itu, para ilmuwan menyebutnya sebagai Gletser Kiamat. Tetapi, pada penelitian baru menunjukkan bahwa lapisan es itu mungkin lebih stabil daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Kerusakan Iklim dan Alam Jadi Tanda Kiamat? Begini Penjelasan Al Quran dan Sains

Ditemukan di Lapisan Es Antartika Barat, Gletser Thwaites berukuran 74 ribu mil persegi atau seukuran Negara Bagian Florida di Amerika Serikat (AS). Potongan es yang sangat besar ini dikenal karena kerentanannya terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.

Bersama dengan Pine Island - gletser yang paling cepat mencair di Antartika - Thwaites termasuk di antara gletser terbesar dan paling tidak stabil di dunia. Para ilmuwan khawatir Gletser Thwaites suatu hari nanti bisa runtuh ke Laut Amundsen, yang secara drastis dapat menaikkan permukaan laut dalam prosesnya.

Gerhana Matahari yang Terjadi 8 April Ternyata Masuk dalam Ramalan Jayabaya

Mengutip situs Express, Rabu, 23 Juni 2021, penelitian baru yang diterbitkan oleh University of Michigan di AS itu menemukan bahwa lapisan es terbesar di dunia tersebut mungkin lebih stabil daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Studi ini telah mensimulasikan runtuhnya Gletser Kiamat, yang menawarkan kemungkinan wawasan tentang masa depan Antartika yang tidak pasti.

Arab Saudi Perdana Ikut Miss Universe 2024, Netizen: Kiamat Semakin Dekat

Data satelit yang dikumpulkan oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menunjukkan Gletser Thwaites telah kehilangan es dalam jumlah yang mengkhawatirkan di Laut Amundsen.

Hal tersebut membuat khawatir karena gletser kehilangan lebih banyak es daripada pemulihannya oleh hujan salju. "Apa yang ditunjukkan satelit kepada kita adalah gletser yang terlepas di lapisannya," demikian pernyataan resmi dari penelitian baru ini.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa setiap beberapa tahun area baru tampaknya melepaskan gletser dan mempercepat masa pencairan. "Ini seperti gula-gula yang disebar. Jadi gletser ditarik ke laut," tutur mereka.

Sementara itu, ilmuwan Jeremy Bassis mengaku, penelitian baru itu menunjukkan bahwa ketidakstabilan gletser tidak selalu menyebabkan keruntuhan yang cepat. Menurutnya, es cenderung berperilaku seperti campuran pancake dalam jangka waktu yang lama.

"Jadi, es menyebar dan menipis lebih cepat daripada yang jatuh. Ini yang bisa menstabilkan keruntuhan. Oleh sebab itu, jika es tidak cukup cepat menipis atau mencair, maka pada saat itulah kemungkinan runtuhnya gletser yang lebih cepat," jelas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya