Investasi Digital Lagi Ngetren, tapi Masyarakat Cenderung Hati-hati

Ilustrasi investasi digital.
Sumber :

VIVA – Hasil survei nasional keuangan inklusif 2020 menyebutkan bahwa 81,4 persen orang dewasa pernah menggunakan produk atau layanan lembaga keuangan formal. Angka tersebut meningkat 78,8 persen dari 2018. Sementara itu sebanyak 61,7 persen orang dewasa telah memiliki akun. Angka ini juga meningkat 55,7 persen dari dua tahun sebelumnya.

Dorong Ekosistem Ekonomi Keuangan Digital, BI Bali Gelar Baligivation Festival 2024

Peningkatan akses layanan keuangan formal serta peningkatan produk dan layanan keuangan digital menjadi beberapa usulan program kerja keuangan inklusif, yang bertujuan agar setiap anggota masyarakat memiliki akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, lancar, dan aman, dengan biaya terjangkau.

Kebijakan ini juga upaya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Target inklusi keuangan adalah sebesar 90 persen pada 2024.

Gibran Bereskan Pekerjaan Wali Kota usai Putusan MK, Siapkan Investasi Kecerdasan Buatan

Di tengah kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dijalankan pemerintah untuk memutus rantai COVID-19, ekspektasi atas pertumbuhan perekonomian mengalami koreksi karena potensi penurunan atas konsumsi rumah tangga. Hal ini telah menyadarkan masyarakat semakin pentingnya pengelolaan keuangan pribadi.

Pada kondisi normal, disiplin alokasi keuangan adalah penting. Dalam masa pandemi ini, disiplin keuangan menjadi semakin penting dan menantang, karena keterbatasan mobilitas serta peningkatan ketidakpastian. Investasi merupakan bagian alokasi keuangan yang tidak boleh terlupakan.

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Talkshow "Etika Pelajar di Dunia Digital"

Sebagai salah satu instrumen investasi di pasar modal, reksa dana tentunya termasuk instrumen yang sensitif atas perkembangan kebijakan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai reksa dana turun dari Rp574 triliun menjadi Rp536 triliun dengan penurunan terbesar pada reksa dana terproteksi.

Namun, jika dilihat secara tahunan (yoy), reksa dana masih tercatat peningkatan di atas 10 persen. Data ini pun diakui Direktur Utama Danareksa Investment Management, Marsangap P. Tamba, yang menyebut pada semester pertama tahun ini mengalami penurunan dana kelolaan reksa dana terproteksi yang sudah diproyeksikan sebelumnya.

"Kami telah menyusun strategi untuk meningkatkan dana kelolaan melalui reksa dana open-end, termasuk reksa dana pasar uang. Jika satu tahun sebelumnya komposisi produk reksa dana open-end dan terproteksi 45:55, kini jadi 61:39 dengan peningkatan 5 persen yoy," kata dia, Senin, 26 Juli 2021.

Dalam satu tahun terakhir, reksa dana pasar uang DIM (Danareksa Investment Management) mengalami pertumbuhan 75 persen, sedangkan secara total reksa dana open-end mereka meningkat 42 persen yoy. Sebagaimana diketahui, reksa dana pasar uang merupakan jenis reksa dana yang paling konservatif.

Kebijakan investasi pada reksa dana ini adalah 100 persen pada instrumen pasar uang, yakni instrumen yang jatuh temponya kurang dari satu tahun. Reksa dana ini dikenal dengan tingkat likuiditasnya yang tinggi dan cepatnya jangka waktu pencairan.

Dengan karakteristik tersebut, reksa dana pasar uang dapat menjadi instrumen investasi jangka pendek yang dapat dicairkan kapan saja. "Pandemi COVID-19 membuat masyarakat cenderung sangat hati-hati dalam mengelola keuangan. Mereka tetap investasi, namun instrumennya bersifat low risk to moderate," tuturnya.

Marsangap juga melihat tren investasi digital membuat akses berinvestasi lebih mudah dan sekaligus terjangkau. Hal inilah yang mendorong kami secara konsisten berupaya meningkatkan kerja sama melalui mitra distribusi, termasuk InvestASIK, platform investasi yang kami kembangkan,” tegas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya