Algoritma YouTube Lebih Banyak Tampilkan Konten Unfaedah

YouTube Premium.
Sumber :
  • 9to5Google

VIVA – Algoritma platform video YouTube lebih banyak menampilkan konten unfaedah, seperti seksual dan klaim palsu, daripada minat yang dipersonalisasi, menurut sebuah studi dari perangkat lunak nirlaba Mozilla Foundation. Rekomendasi YouTube juga terkadang membuat penggunanya terjebak  dalam waktu yang lama di platform.

Cocok untuk Content Creator, Aset Kripto Ini Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Dalam sebuah penelitian dengan lebih dari 37 ribu sukarelawan, Mozilla menemukan bahwa 71 persen video yang direkomendasikan YouTube ditandai sebagai tidak pantas oleh para peserta.

Para sukarelawan menggunakan ekstensi browser untuk melacak penggunaan YouTube mereka selama 10 bulan, dan ketika mereka menandai video sebagai bermasalah, ekstensi itu menemukan bahwa video tersebut ada di akun pengguna karena rekomendasi YouTube.

Parto Patrio Dilarikan ke Rumah Sakit

Studi tersebut menyebut video bermasalah ini sebagai YouTube Regrets, menandakan pengalaman yang disesalkan melalui informasi YouTube. Penyesalan tersebut termasuk video yang mempromosikan pseudo-sains, konspirasi 9/11, menampilkan hewan yang dianiaya, dan mendorong supremasi kulit putih.

Orang tua dari seorang gadis memberi tahu Mozilla bahwa putri mereka yang berusia 10 tahun melihat video diet ekstrem saat mencari konten tarian, membuatnya membatasi kebiasaan makannya, dilansir dari laman Mashable, Senin, 26 Juli 2021.

Geger Seorang Pelajar SMP Terkapar Dikeroyok Sesama Pelajar, Pelaku Panik Ada CCTV

Apa yang menyebabkan video ini menjadi direkomendasikan adalah kemampuannya untuk menjadi viral. Jika video dengan konten yang berpotensi berbahaya berhasil memperoleh ribuan atau jutaan penayangan, algoritma rekomendasi dapat mengedarkannya kepada pengguna, daripada fokus pada minat pribadi mereka.

YouTube menghapus 200 video yang ditandai melalui penelitian, dan seorang juru bicara mengatakan bahwa perusahaan telah mengurangi rekomendasi konten yang dianggap berbahaya hingga di bawah 1 persen dari video yang dilihat.

Juru bicara itu juga mengatakan bahwa YouTube telah meluncurkan 30 perubahan selama setahun terakhir untuk mengatasi masalah ini, dan sistem sekarang secara otomatis mendeteksi dan menghapus 94 persen video yang melanggar kebijakan YouTube sebelum mencapai 10 tayangan.

Meskipun mudah untuk menyepakati penghapusan video yang menampilkan kekerasan atau rasisme, YouTube menghadapi perjuangan informasi yang salah seperti banyak situs media sosial lainnya.

Anak usaha Google ini sebelumnya telah menghapus konspirasi QAnon yang dianggap mampu menyebabkan bahaya di dunia nyata. Tetapi masih banyak video yang serupa lolos dari celah dengan memperdebatkan kebebasan berbicara atau mengklaim bertujuan hiburan saja.

YouTube juga menolak untuk mempublikasikan informasi tentang bagaimana tepatnya algoritma rekomendasi bekerja, mengklaimnya sebagai hak milik. Karena itu, tidak mungkin konsumen mengetahui apakah perusahaan benar-benar melakukan pekerjaan untuk memerangi video yang beredar melalui algoritma.

Sementara itu, 30 perubahan selama setahun terakhir adalah langkah yang mengagumkan. Jika YouTube benar-benar ingin menghilangkan video berbahaya di platformnya, membiarkan penggunanya melihat dengan jelas upayanya, akan menjadi langkah pertama yang baik menuju tindakan yang berani.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya