Facebook Tergiur Duit Migas, Nilainya Fantastis

Facebook.
Sumber :
  • The Indian Express

VIVA – Facebook dituduh oleh pengawas iklim menyebarkan propoganda bahan bakar fosil kepada pengguna. Saat momen politik penting seperti Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat (AS) kemarin misalnya, industri minyak dan gas atau migas raksasa telah memasang ribuan iklan di media sosial terbesar di dunia tersebut.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

Dalam laporan barunya berjudul Climate Change and Digital Advertising, lembaga think tank yang berbasis di Inggris bernama InfluenceMap menemukan bahwa 25 organisasi perusahaan migas raksasa telah menghabiskan US$9,5 juta atau Rp136 triliun untuk merilis lebih dari 25 ribu iklan di platform Facebook.

Iklan ini rupanya dilihat lebih dari 431 juta kali. Kelompok tersebut mengidentifikasi ExxonMobil dan American Petroleum Institute (API) sebagai pengiklan terbesar atau menguasai lebih dari 60 persen iklan di Facebook.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

Menurut laporan itu, ExxonMobil menghabiskan US$5 juta atau Rp71 miliar untuk menggambarkan minyak sebagai sumber energi yang terjangkau dan dapat diandalkan untuk mengurangi ketergantungan AS pada negara lain.

Sementara API yang memimpin semua kelompok lobi yang didanai industri dalam pembelanjaan iklan sudah menghabiskan US$3 juta atau Rp43 miliar pada tahun lalu untuk menghadirkan perusahaan bahan bakar fosil sebagai perusahaan yang ramah iklim.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

Laporan tersebut mendapati 6.782 iklan industri energi di Facebook yang mempromosikan klaim bahwa gas alam adalah solusi iklim hijau yang bersih, mengutip dari sumber Russia Today, Sabtu, 7 Agustus 2021.

InfluenceMap juga mencatat bahwa jumlah sebenarnya yang dihabiskan untuk ruang iklan mungkin jauh lebih tinggi dan tidak mungkin angkanya diketahui karena Facebook tidak secara konsisten menerapkan kebijakan periklanannya untuk iklan perubahan iklim.

Masih menurut laporan yang sama, salah satu taktik perusahaan migas raksasa untuk melemahkan aksi iklim adalah penggunaan media sosial untuk menyebarkan iklannya pada momen-momen politik penting.

Misalnya, terdapat lonjakan dalam pengeluaran iklan Facebook setelah calon Presiden AS saat itu, Joe Biden, mengumumkan rencana iklim senilai US$2 triliun pada 14 Juli 2020.

Dari hari setelah pengumuman Biden, kampanye belanja iklan turun sepenuhnya setelah pemilihan umum presiden pada 3 November 2019 atau empat bulan kemudian. Tahun ini hanya ada pengeluaran kecil, yang menurut InfluenceMap, karena kecilnya agenda politik yang menarik perhatian publik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya