Telegram Dibanjiri Penjual Kartu Vaksin Palsu

Aplikasi Signal, WhatsApp dan Telegram
Sumber :
  • NBCNews

VIVA – Oknum yang tidak bertanggung jawab banyak ditemukan menjual kartu vaksin palsu ke anti-vaxxers di Telegram. Badan riset perusahaan keamanan Check Point memiliki laporan baru, tentang pasar gelap kartu vaksin palsu di aplikasi perpesanan pesaing WhatsApp itu. 

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Saat ini diperkirakan ada lebih dari 2.500 grup dan saluran aktif yang menjual catatan vaksinasi palsu dari negara-negara di seluruh dunia, meningkat 257 persen dari laporan terakhirnya di bulan Maret 2021.

Gabungan grup dan saluran yang menjajakan barang terlarang ini memiliki ribuan anggota, rata-rata sekitar 100.000 pengikut dengan satu saluran memposting ke lebih dari 450.000 pelanggan, dikutip dari situs Mashable SE Asia, Sabtu, 14 Agustus 2021.

5 Syarat Kucing Peliharaanmu Sudah Bisa Divaksin Biar Tetap Sehat

Harga kartu vaksin mencapai sekitar US$100 atau Rp1,4 juta per pak, yang tentu saja dibayar dalam bentuk mata uang kripto. Pembeli hanya harus memberi tahu penjual di negara mana mereka ingin merekam. Meski kartu vaksin dan paspor tersedia untuk lusinan negara, Check Point mengatakan sebagian besar penjual fokus untuk negara-negara Eropa.

Orang-orang anti vaksin yang tidak ingin mematuhi persyaratan pemerintah atau bisnis untuk mendapatkan vaksin COVID-19, mungkin akan beralih ke penjual vaksin palsu. Daripada mendapatkan suntikan yang berpotensi menyelamatkan nyawa, mereka lebih suka mengeluarkan uang untuk mendapat catatan palsu. 

Sosok Helena Lim, ‘Crazy Rich’ PIK Jadi Tersangka Kasus Korupsi Timah

Perusahaan riset ini juga mengatakan bahwa sebelumnya dark web adalah pusat utama penjualan kartu vaksin palsu. Rute itu berubah dalam beberapa bulan terakhir, dengan Telegram menjadi platform pilihan untuk saat ini. 

"Pergeseran ke Telegram telah menjadi perubahan paling nyata di pasar gelap untuk layanan virus corona. Kami pikir vendor ini telah memilih Telegram secara strategis untuk menskalakan distribusi mereka, sambil menjaga beberapa tingkat privasi," ujar juru bicara Check Point, Ekram Ahmed. 

Ahmed juga mencatat bahwa Telegram tidak memiliki teknis yang rumit dibanding dark web serta dapat menjangkau banyak orang dengan cepat.

Telegram adalah platform perpesanan hibrida dan jejaring sosial. Pengguna dapat mengirim pesan secara pribadi dengan teman, bergabung dengan saluran publik dengan jumlah anggota yang tidak terbatas atau berada di grup pribadi yang memiliki hingga 200.000 anggota.

Platform yang didirikan Pavel Durov ini melampaui lebih dari 500 juta pengguna aktif pada bulan Januari sebagai reaksi terhadap WhatsApp yang mengirimkan pemberitahuan tentang pengumpulan data pengguna.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya