Peneliti Ungkap Biang Keladi Cairnya Gletser Kiamat

Gletser.
Sumber :
  • dailymail.co.uk

VIVA – Gletser Thwaites atau Gletser Kiamat yang ada di Antartika tidak hanya kehilangan es dengan cepat akibat perubahan iklim, tapi juga terhadap kenaikan permukaan air laut yang membuatnya terkena panas dari kerak Bumi.

Kerusakan Iklim dan Alam Jadi Tanda Kiamat? Begini Penjelasan Al Quran dan Sains

Ilmuwan Ricarda Dziadek menyebut gletser itu hanya 10 hingga 15 mil di bawah Antartika Barat yang membuatnya menghasilkan aliran panas panas Bumi hingga 150 miliwatt per meter persegi.

Gletser Kiamat berkontribusi sekitar empat persen terhadap kenaikan permukaan laut tahunan dan sekarang diyakini kehilangan 80 miliar ton es per tahun, seperti dikutip dari situs Daily Mail, Selasa, 24 Agustus 2021.

Gerhana Matahari yang Terjadi 8 April Ternyata Masuk dalam Ramalan Jayabaya

Sejak 1980, Gletser Thwaites sudah kehilangan setidaknya 600 miliar ton es, menurut analisa yang diolah New York Times pada 2017 menggunakan data milik NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL).

Hilangnya es laut yang dipercepat juga bisa dikaitkan dengan sungai tersembunyi di bawah gletser, tetapi sebagian besar terkait dengan perubahan iklim dan kenaikan suhu.

Arab Saudi Perdana Ikut Miss Universe 2024, Netizen: Kiamat Semakin Dekat

Dziadek bersama ilmuwan lainnya melihat dataset medan geomagnetik Antartika Barat untuk membuat peta aliran panas Bumi. Penelitian itu menunjukkan betapa pentingnya faktor kedua, yang sama pentingnya dengan kondisi gletser dan mencairnya es, kendati dampak pastinya saat ini tidak jelas.

"Suhu di bagian bawah gletser tergantung dari sejumlah faktor. Misalnya, apakah tanahnya terdiri dari lapisan batuan padat atau dari meteran sedimen jenuh air," jelas dia. Lalu, air menghantarkan panas yang naik dengan sangat efisien, juga bisa mengangkut energi panas sebelum mencapai dasar gletser.

Pada 2020, para ilmuwan memperoleh rekaman pertama dari bagian bawah Gletser Kiamat yang menunjukkan air hangat yang bergejolak di bawah lapisan es menyebabkan 'perpisahan' yang tak terbendung.

Ahli Geofisika Karsten Gohl mengatakan suhu kerak Bumi dapat bervariasi yang tergantung pada lokasi. Namun, rata-rata 200 hingga 400 derajat Celcius (392 sampai 752 derajat Fahrenhait).

"Kami menemukan aliran panas dari kerak bumi sangat penting dilihat untuk memprediksi masa depan. Sejumlah besar panas Bumi dapat menyebabkan dasar gletser (Thwaites) tidak lagi membeku sepenuhnya atau lapisan air yang konstan terbentuk di permukaan," tutur Gohl.

Dengan begitu keduanya akan mengakibatkan massa es mencair dan meluncur lebih cepat dari atas tanah. Selain itu jika efek pengereman dari lapisan es hilang, seperti yang saat ini sedang diamati di Antartika Barat, maka aliran gletser bisa meningkat pesat lantaran panas Bumi yang juga ikut naik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya