Serangan Siber ke Pemerintahan Kencang, BSSN Punya 100 Pasukan Siluman

Logo Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Sumber :
  • BSSN.go.id

VIVA – Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN mencatat terjadi 741.441.648 kali anomali trafik atau serangan siber yang terjadi antara kurun waktu Januari hingga Juli 2021.

Anindya Bakrie: Ekonomi RI Kuat Hadapi Krisis Timur Tengah

Kepala BSSN Hinsa Siburian menjelaskan, kategori anomali atau serangan terbanyak didominasi oleh malware, lalu aktivitas mengganggu ketersediaan layanan, dan aktivitas trojan.

Adapun sebaran sektor terbanyak yang mengalami kasus kebocoran data akibat malware pencuri informasi adalah sektor pemerintah (45,5 persen), keuangan (21,8 persen), telekomunikasi (10,4 persen), penegakan hukum (10,1 persen), transportasi (10,1 persen), dan lainnya (2,1 persen).

Kerusakan Iklim dan Alam Jadi Tanda Kiamat? Begini Penjelasan Al Quran dan Sains

"Lebih banyak memang yang diserang adalah pemerintahan," kata Hinsa, dalam konferensi pers virtual, Selasa, 24 Agustus 2021.

Ia mengatakan negara telah memberi mandat kepada BSSN untuk menangani permasalahan keamanan siber di Tanah Air.

PVMBG Beberkan Kronologi Kenaikan Aktivitas Gunung Ruang Sebelum Meletus

BSSN, kata dia, terus berupaya mengamankan ruang siber dengan dengan membentuk Computer Security Incident Response Team (CSIRT), yaitu tim yang bertanggung jawab untuk menerima, meninjau, dan menanggapi laporan serta aktivitas insiden keamanan siber.

Hinsa mengatakan CSIRT dibangun di lembaga maupun penyelenggara sistem elektronik. "Itulah pasukan (siluman) yang sedang kita bangun dan sampai saat ini sudah hampir 100 CSIRT yang sudah terbangun dan terus akan kita bangun sesuai dengan perkembangan dari pembangunan digitalisasi," tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa BSSN juga sedang menyelesaikan beberapa produk, di antaranya Strategi Keamanan Siber Nasional.

Menurutnya, keberadaan strategi itu penting dalam membangun dan membentuk kekuatan siber nasional. "Kemudian, jika terjadi krisis kita sudah memiliki manajemen krisis siber nasional," jelas Hinsa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya