Fenomena Terbaliknya Medan Magnet Bumi

Planet Bumi.
Sumber :
  • dw

VIVA – Medan Magnet Bumi adalah sesuatu yang secara alami membantu banyak hewan untuk bernavigasi. Hal ini juga menjadi basis bagi sejumlah besar kemajuan teknologi oleh umat manusia, seperti penyiaran televisi, prakiraan cuaca, dan komunikasi.

Kerusakan Iklim dan Alam Jadi Tanda Kiamat? Begini Penjelasan Al Quran dan Sains

Namun, Medan Magnet Bumi nampaknya mengalami beberapa perubahan aneh, di mana magnet di Kutub Utara bergeser dari Arktik Kanada menuju Siberia, Rusia. Pembalikan tampaknya semakin cepat dan meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan pembalikan geomagnetik.

Kecepatan pergeseran Kutub Utara ini dilaporkan meningkat hingga 30 mil (48 kilometer) per tahun. Meski begitu, ini bukan pembalikan geomagnetik pertama. Karena, Bumi telah mengubah kutub magnet setidaknya 10 kali selama 2,6 juta tahun terakhir, di mana yang terbaru terjadi sekitar 780 ribu tahun silam.

Begini Tampilan Gerhana Matahari Total dari Luar Angkasa

Anomali yang mungkin disebabkan oleh perubahan ini diperkirakan oleh para ilmuwan akan mempengaruhi alam dan teknologi manusia. Salah satu ancaman utamanya adalah selama pembalikan magnet, perlindungan Bumi dari partikel bermuatan dari Matahari dan sinar kosmik akan melemah.

Menurut beberapa ahli geologi, periode tersebut telah berkorelasi dengan kepunahan massal di masa lalu, sementara yang lain berpendapat bahwa manusia atau nenek moyang mereka telah berada di Bumi selama beberapa juta tahun, setelah bertahan selama beberapa kali pembalikan.

BMKG: Kalimantan Diguncang Tujuh Kali Gempa pada 29 Maret-4 April 2024

Ada juga anggapan bahwa anomali semacam itu mungkin disebabkan oleh sisa-sisa planet kuno Theia, sebuah benda kosmik yang menghantam Bumi sekitar 4,5 miliar tahun silam dengan keruntuhan yang mengakibatkan pembentukan Bulan, satelit alami milik Bumi.

Sementara sisa-sisa Theia tidak pernah ditemukan. Tapi, beberapa ilmuwan percaya bahwa mereka sebenarnya terkubur jauh di dalam Bumi, seperti dikutip dari laman Sputniknews, Jumat, 17 September 2021.

Menurut studi geologi terbaru, sisa-sisa dua batu ini kemungkinan lebih besar dari ukuran Gunung Everest, lebih padat dan panas dari sisa mantel Bumi.

Massa bebatuan ini tampaknya mengganggu konveksi besi cair di inti planet, di mana medan magnet dihasilkan sehingga melemahkannya di Atlantik Selatan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya