Puluhan Ribu Emas dan Kota Buddha Terancam oleh Taliban

Pasukan Taliban di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/aww.

VIVA – Beberapa laporan menunjukkan bahwa Taliban telah memburu salah satu tempat persembunyian paling terkenal di Afghanistan yang disebut Harta Karun Baktria.

Mantan Anak Buah Sebut SYL juga Pakai uang di Kementan untuk Kondangan dan Beri Kado Emas

Tempat itu mengoleksi lebih dari 20 ribu artefak di mana sebagian besar terbuat dari emas yang ditemukan di kuburan kuno berusia dua ribu tahun di sebuah situs bernama Tillya Tepe pada 1978.

Harta karun itu disimpan di National Museum of Afghanistan dan dipajang di Istana Presiden. Tapi, laporan terbaru menunjukkan bahwa lokasinya saat ini tidak diketahui, seperti dikutip dari Live Science, Minggu, 26 September 2021.

BPS Catat Ekspor Maret 2024 Naik 16,40 Persen Terdorong Logam Mulia hingga Perhiasan

Peninggalan arkeologi lainnya yang terancam oleh Taliban termasuk Mes Aynak, sebuah kota Buddha yang berkembang sekitar 1.600 tahun yang lalu. Kota ini terletak di sepanjang Jalur Sutera yang ikonik dan digunakan untuk perdagangan serta ibadah.

Ketika Taliban memerintah Afghanistan antara 1996-2001, mereka menghancurkan banyak artefak Buddha termasuk dua patung besar abad keenam yang dikenal sebagai Buddha Bamiyan yang diukir di tebing.

Harga Emas Hari Ini 22 April 2024: Produk Global dan Antam Kompak Merosot

Kelompok ekstremis itu menggunakan roket, proyektil yang ditembakkan tank, dan dinamit untuk menjatuhkan patung-patung yang menjulang tinggi tersebut.

Nah, masa depan Mes Aynak terlihat sangat suram karena sebuah sumber terpercaya mengatakan bahwa semua peralatan yang digunakan untuk penggalian dan konservasi di situs tersebut telah hilang dan Taliban telah mengunjungi situs tersebut untuk tujuan yang tidak diketahui.

"Situasi warisan budaya sedang tidak baik karena saat ini tidak ada yang merawat situs dan monumen. Semua situs arkeologi di Afghanistan berisiko. Tidak ada pemantauan, tidak ada perawatan. Semua departemen di semua provinsi ditutup. Tanpa uang dan fasilitas lain yang diperlukan untuk menjaga situs dan monumen," kata Khair Muhammad Khairzada, seorang arkeolog yang memimpin penggalian di Mes Aynak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya