Arti Omicron, Varian Baru COVID-19 dalam Bahasa Yunani

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.
Sumber :
  • pexels/Edward Jenner

VIVA – Varian baru Virus Corona ditemukan di Afrika Selatan. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sudah memberi nama Omicron, varian baru dari COVID-19.

Kapten Vincent Kena Flu Singapura Sampai Bernanah: Lebih Sengsara dari COVID!

Kementerian Kesehatan Afrika Selatan yang pertama kali mengeluarkan peringatan setelah varian baru dengan kode B.1.1.529 itu terkonfirmasi dalam sampel pada lebih dari 20 kasus COVID-19.

Tapi jangan keliru membedakan Omicron dengan Omega. Kata Omicron, yang merupakan berasal dari bahasa Yunani, diterjemahkan sebagai 'o micron' yang berarti kecil.

KPK Cecar Fadel Muhammad soal Dugaan Kasus Korupsi APD di Kemenkes RI

Sementara Omega adalah huruf ke-24 dan terakhir dalam alfabet Yunani. Kata tersebut secara harfiah berarti 'O besar'. Omicron adalah huruf ke-15 dalam alfabet Yunani yang artinya dapat melacak akarnya sebagai kata kembali ke Yunani Kuno.

Dalam sistem angka Yunani, Omicron memiliki nilai 70 dan juga turunan dari huruf Phonecian dari bahasa Ibrani. Sistem alfabet Yunani awalnya dikembangkan di Yunani sekitar 1000 SM.

Kereta Pembawa Lusinan Tank Amerika Dihadang Gerombolan Anggota Partai Komunis

Ini adalah nenek moyang langsung atau tidak langsung dari semua abjad Eropa modern yang berasal dari abjad Semit Utara melalui abjad Fenisia.

Saat dibentuk, alfabet Yunani sedikit dimodifikasi melalui penambahan dan penghapusan beberapa huruf, menurut laman The Sun, Senin, 29 November 2021.

Sampai saat ini, varian Omicron resmi diidentifikasi di beberapa negara seperti Botswana, Belgia, Israel, dan Hong Kong. Lalu Inggris, Jerman, dan Republik Ceko juga melaporkan dugaan kasus varian baru COVID-19 ini.

Varian tersebut pertama kali ditemukan awal November kemarin di Afrika Selatan, di mana sebagian besar kasus yang dikonfirmasi ditemukan di Provinsi Gauteng, yang mencakup kota Johannesburg dan Pretoria.

Namun, ada indikasi penyebarannya sudah lebih luas. Para ilmuwan mengatakan penelitian di laboratorium masih diperlukan untuk memastikan apakah mutasi tersebut akan mengurangi tingkat efektivitas vaksin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya