Amerika Makin Ngeri Sama China

Perang Teknologi China dan Amerika Serikat (AS).
Sumber :
  • Asia Times

VIVA – Sekretaris Angkatan Udara Amerika Serikat (Secretary of the US Air Force) Frank Kendall mengingatkan jika negaranya dan China terlibat dalam perlombaan senjata hipersonik.

Motor Delapan Silinder Asal China Siap Meluncur

Ia juga mengungkap bahwa militer AS tidak bisa berbuat banyak dalam pengembangan senjata yang mampu menaklukkan China.

"Ada perlombaan senjata. Kompetensi ini tidak hanya melihat peningkatan jumlah, tapi juga peningkatan kualitas. Sayang, perlombaan (senjata) itu sudah berlangsung cukup lama," kata dia, seperti dikutip VIVA Tekno dari situs Russia Today, Kamis, 2 Desember 2021.

Indonesia Sesalkan Palestina Gagal Jadi Anggota Penuh PBB Karena Veto AS

Kendall juga mengklaim China sudah mengembangkan senjata hipersonik dengan sangat agresif, sementara Amerika Serikat, ungkapnya, tidak melakukan apa-apa untuk mengimbanginya.

“Saya suka A-10 (Thunderbolt II). Hercules C-130 adalah pesawat hebat yang sangat mampu dan sangat efektif untuk banyak misi. MQ-9 Reaper (drone) sangat efektif untuk melawan terorisme dan lain sebagainya. Mereka masih berguna tapi tidak ada satu pun yang membuat China takut,” kata Kendall.

Legenda Sepakbola Brasil Romario Umumkan Comeback di Usia 58 Tahun

Ia juga mengatakan bahwa jet tempur sayap lurus A-10 Thunderbolt II, pesawat angkut empat mesin Lockheed C-130 Hercules, serta drone MQ-9 Reaper, masing-masing diproduksi pada 1972, 1954, dan 2001.

Para petinggi militer AS sudah membunyikan alarm atas dugaan keuntungan negeri Tirai Bambu dalam teknologi militer mutakhir. Sebuah laporan mengatakan bahwa China telah melakukan uji coba senjata hipersonik pada musim panas lalu.

Wakil Kepala Staf Angkatan Luar Angkasa AS Jenderal David D Thompson menegaskan jika posisi negaranya jauh di belakang China dan Rusia dalam hal senjata hipersonik. “(senjata hipersonik) Kami tidak secanggih China atau Rusia. Itu harus diakui," tutur dia.

Menurut Thompson, saat ini Amerika sedang mengejar ketertinggalannya. Meski begitu, China menolak segala tuduhan AS atas uji coba senjata hipersonik. Beijing berkilah jika peluncuran roket pada Juli 2021 melibatkan kendaraan ruang angkasa biasa yang dapat digunakan kembali.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya