Petani Zaman Now Komunikasinya Lewat Media Sosial

Twitter dan Facebook.
Sumber :
  • dw

VIVA – Pada masa pandemi COVID-19 mempertahankan dan meningkatkan ketahanan pangan (food security) menjadi tantangan setiap bangsa dan negara.

Viral Motor Matik Diisi Minyak Kayu Putih Campur Bensin, Ini Kata Pakar

Bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan, sementara pada saat yang sama produktivitas masyarakat terkena dampak akibat pembatasan dan penurunan mobilitas?

Digitalisasi kini menjadi salah satu solusi pada semua sektor, terutama di masa pandemi COVID-19 saat semua aktivitas tatap muka dibatasi secara ketat.

Geger Seorang Remaja Alami Hal mengerikan Ini Gegara Ikut Challenge di Sosmed

Untuk itu, Syngenta Indonesia terus berinovasi memaksimalkan peran teknologi komunikasi digital untuk menjangkau dan memberikan edukasi pendampingan kepada petani.

"Kami jadikan pandemi sebagai tantangan untuk menciptakan peluang dan inovasi baru. Dengan komunikasi digital, petani kini lebih mudah mendapatkan pengetahuan baru dan memasarkan produk-produknya. Kami senang bisa turut memfasilitasi perkembangan baru ini ke petani," ungkap GM Syngenta Indonesia Kazim Hasnain, dalam konferensi pers virtual, Rabu, 8 Desember 2021.

Siap-siap Kesal Baca Berita tentang Model Ini

Ia juga memaksimalkan pemanfaatan berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, YouTube, dan Twitter untuk terus mempertahankan komunikasi dengan petani.

Melalui platform media sosial, tim Syngenta memberikan berbagai info terkait praktik pertanian yang baik, peningkatan produktivitas petani, teknologi pertanian terbaru dan juga penggunaan produk perlindungan tanaman yang tepat agar kesehatan petani tetap terjaga.

Bukan cuma itu. Kazim menginisiasi kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki visi dan misi memajukan pertanian Indonesia, seperti Sayurbox dan Tani Foundation, yang merupakan bagian dari TaniHub.

Selain dengan industri, contohnya Syngenta juga bermitra dengan pemerintah melalui program Closed Loop Hortikultura di bawah naungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Program ini bertujuan membangun ekosistem rantai pasok dan rantai nilai dari hulu sampai dengan hilir yang terintegrasi dan bersifat end-to-end model.

"Artinya, petani menerima ilmu budidaya sesuai Praktik Pertanian Baik (Good Agriculture Practices) dengan memperhatikan pola tanam, pola panen, penanganan pascapanen hingga distribusi dan pemasaran untuk menghasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar," tutur Kazim.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya