Transformasi Digital di Indonesia Hadapi Banyak Tantangan

Ilustrasi serangan hacker atau siber.
Sumber :
  • Science News

VIVA –  Transformasi digital di Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti risiko perlindungan data pribadi, risiko strategi bisnis, risiko penyalahgunaan teknologi, risiko serangan siber, pemalsuan data, dan literasi digital.

IPK 2,77 dan Lulusan ITB, Ridwan Kamil: Saya Pasti Enggak Bisa Kerja di KAI, tapi Buktinya...

Hal itu diutarakan oleh Deputi CEO R17 Group, Hengky Witarsa saat menghadiri acara #R17PodcastShow dengan tema Ensuring The Security of Digital Ecosystem in Indonesia, yang diadakan di Jakarta.

"R17 Group sebuah perusahaan yang berfokus pada keamanan siber dan mengembangkan bisnis pelanggan dengan melakukan transformasi digital, hadir membantu pemerintah dalam menciptakan ekosistem digital yang lebih aman," ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Kamis 24 Maret 2022.

Volume Transaksi BRImo Capai Rp 1.251 Triliun di Kuartal I-2024

Melalui Program R17 Podcast Show, kata dia pihaknya menyediakan wadah komunikasi dua arah untuk membahas isu-isu terkini mengenai perkembangan bisnis dan teknologi yang dituangkan dalam bentuk hybrid event.
Ia mengatakan, ekosistem digital yang aman merupakan aspek yang sangat penting mengingat kejahatan di dunia digital semakin meningkat seiring berkembangnya teknologi.

Di Indonesia, kata dia tercatat ada 1,3 miliar serangan siber terjadi sepanjang Januari-November tahun lalu. Berdasarkan data dari Badan Siber dan Sandi Negara, 83 persen perusahaan di Tanah Air rentan diretas.

BRI Cetak Laba Rp 15,98 Triliun di Kuartal I-2024, Penyaluran Kredit Tembus Rp 1.308 Triliun

"Program ini juga memadukan konsep acara offline dengan mengundang para pelaku industri, yang akan disiarkan secara langsung pada jejaring sosial yang mencakup masyarakat umum dengan topik-topik hangat di dunia digital," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, R17 Group juga meluncurkan sebuah platform yang menjual produk-produk digital yaitu Dimensy.

Deputi Bidang Operasi Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Brigjen TNI Dominggus Pakel menjelaskan bahwa saat ini bukan lagi teknologi bergantung kepada manusia, melainkan kebalikannya.

"Walaupun perkembangan teknologi begitu cepat dan masif serta serangan siber bertubi-tubi, ketika kita punya dasar yaitu Pancasila sebagai dasar negara yang mengikat dan mempersatukan kita, saya anggap ini clear," katanya.

Dominggus mengungkapkan, saat terjadinya serangan siber maka di situlah tanggung jawab dan tugas BSSN memberikan rekomendasi kepada setiap stakeholder terkait untuk meningkatkan kualitas, keandalan dari infrastruktur baik perangkat keras maupun perangkat lunak, termasuk sumber daya manusia.

“Upaya pemulihan jika terjadi serangan perlu dilakukan bersama, baik dari BSSN maupun Kominfo, dan kami bekerja sama dengan seluruh Lembaga Kementerian terkait," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya