BPOM Sebut Risko BPA Belum Jelas Dasar Ilmu Sainsnya

Ilustrasi laboratorium.
Sumber :
  • Freepik/pressfoto

VIVA – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM, Penny Kusumastuti Lukito mengatakan bahwa risiko BPA seperti mengganggu fertilitas dan menyebabkan kanker seperti yang disampaikan beberapa pihak, saat ini belum jelas asumsi dasar dari ilmu sainsnya.

Bisa Picu Kanker, Ini Biang Kerok Penyebab Tingginya Kadar Bromat dalam Air Minum Kemasan

“Risiko BPA yang akan memberikan dampak kesehatan, seperti berbagai risiko yang dikaitkan dengan gangguan kesuburan, kanker dan berbagai penyakit lainnya, sampai saat ini belum jelas kausalitasnya,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Kamis 9 Juni 2022.

Penny menuturkan, perubahan-perubahan science, knowledge dan ilmu pengetahuan yang ada di masyarakat yang menunjukkan adanya bahaya-bahaya risiko terhadap aspek kesehatan masyarakat dan konsumen, itu harus direspons dengan regulasi.

Sidak ke 731 Klinik Kecantikan, BPOM Temukan 51.791 Kosmetik Ilegal Senilai Rp2,8 Miliar

Hal senada disampaikan oleh Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof DR dr Aru Wisaksono Sudoyo, yang mengatakan belum ada bukti air galon guna ulang menyebabkan penyakit kanker. Menurutnya, 90-95 persen kanker itu dari lingkungan.

“Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup, seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok dan lain sebagainya. Jadi, belum ada penelitian aii galon itu menyebabkan kanker,” tuturnya. 

Awas! Takjil Berbahaya Beredar di Sentra Penjualan, BPOM Temukan Formalin, Rhodamin, dan Boraks

Ahli pangan dan pakar kimia dari universitas ternama di Indonesia seperti UI dan ITB, juga mengatakan kemasan pangan yang mengandung BPA masih aman digunakan. Apalagi menurut mereka, produk-produk tersebut sudah memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). 

BPA (Bisphenol A).

Photo :
  • Jordi Labs

“Produsen yang terkait tidak akan sembarang mengeluarkan produk kemasan ini, terlebih harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat seperti yang ditetapkan BPOM,” kata Kepala Laboratorium Green Polymer Technology – Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Assoc Prof Dr Mochamad Chalid. 

Menurut Chalid, pada dasarnya kemasan galon berbahan PC secara disain material bahan bakunya relatif aman untuk air minum dengan jumlah kali guna-ulang tertentu, yang memperhatikan sifat-sifat fungsionalnya seperti migrasi BPA sebagai sisa bahan baku atau hasil degradasi dari polikarbonat pada kemasan tersebut.

“Tentunya, produsen telah melakukan antisipasi itu. Memang tidak mudah mengendalikan batas jumlah kali guna-ulang di masyarakat itu.  Karenanya, sebelum diedarkan ke masyarakat, kemasan itu juga sudah diuji oleh pihak-pihak terkait, baik itu oleh Kemenperin maupun BPOM,” ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya