Bumi Alami Hari Terpendek yang Bisa Menjadi Bencana

Ilustrasi bumi
Sumber :
  • Pixabay/Steven Goddard

VIVA Tekno Bumi baru saja mengalami hari terpendek sejak 1960-an. Pada 29 Juni 2022 kemarin, kita mengalami 1,59 milidetik lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Sepintas perbedaan waktu yang kecil ini tidak memiliki masalah besar, namun beberapa mengingatkan akan adanya bencana.

Bumi Resources Raih Laba Bersih US$67,63 Juta di Kuartal I-2024

Efek bencana akan terjadi, jika kita terus memasukkan detik kabisat untuk memperhitungkan perubahan kecepatan rotasi Bumi. Pada tahun 2020, planet ini mengalami 28 hari terpendeknya dalam 50 tahun terakhir. Para ilmuwan pertama kali mulai mengukur rotasi bumi menggunakan jam atom presisi tinggi pada 1960-an. 

Sejak itu kita melihat sejumlah perubahan yang berhubungan dengan waktu rotasi di planet kita, sebagaimana dilansir dari laman BGR, Kamis, 4 Agustus 2022.

Terkuak, Warna Ini Bisa Memprediksi Keberadaan Alien

Menurut sebagian besar orang rotasi Bumi telah melambat. Para ilmuwan mengatakan Bumi dulunya menyelesaikan rotasi dalam waktu kurang dari 19 jam, sekitar 1,4 miliar tahun yang lalu.

Tata surya

Photo :
  • U-Report
Kinclong Sepanjang Hari, Nilai Transaksi Perdagangan Saham BUMI Capai Rp 412 miliar

Namun selama berabad-abad, rata-rata panjang hari telah berubah. Untuk menjelaskan perbedaan ini, Telecommunication Union mulai menambahkan detik kabisat pada bulan Juni atau Desember.

Detik kabisat terbaru ditambahkan pada tahun 2016. Untuk memperhitungkan detik kabisat ini, para astronom pada dasarnya menghentikan jam selama satu detik sehingga Bumi dapat mengejar ketinggalan. 

Detik kabisat pertama ditambahkan kembali pada tahun 1972, kemudian 26 lagi ditambahkan selama beberapa dekade terakhir. Namun jika detik kabisat baru ditambahkan tahun ini, itu bisa menjadi detik kabisat negatif pertama dan akan menimbulkan beberapa kekhawatiran.

Gagasan detik kabisat diciptakan untuk membantu memerangi perlambatan rotasi Bumi. Detik kabisat negatif membuat Meta khawatir itu dapat berdampak serius pada sistem yang mengandalkan pengatur waktu dan jam.

Itu karena industri TI atau Teknologi Informasi mengandalkan Waktu Atom Internasional (TAI) atau Waktu Universal (UT1) untuk pengaturan waktu.

Pada tahun 1972, ketika detik kabisat diperkenalkan untuk membantu menjaga UTC tetap terkendali, banyak institusi yang menggunakannya secara besar-besaran. Namun UTC telah menjadi buruk bagi industri telekomunikasi. 

Akibatnya, banyak aplikasi mengandalkan TAI atau UT1. Meta ingin menghentikan pengenalan detik kabisat di masa depan karena perusahaan percaya itu lebih berbahaya.

Setiap detik kabisat yang ditambahkan adalah sumber utama penderitaan bagi orang-orang yang mengelola infrastruktur perangkat keras. Jadi meski kita mengalami beberapa hari terpendek di Bumi, detik kabisat bukan solusi yang layak di masa depan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya