Sumpah Serapah Rupanya Baik untuk Kondisi Mental, Kok Bisa?

ilustrasi sumpah serapah/mengutuk.
Sumber :
  • cookie_studio/freepik

VIVA Digital – Sumpah serapah ternyata membuat orang merasa lebih persuasif, kuat, terhubung secara sosial, dan seringkali berdampak positif pada sebuah hubungan. Hal tersebut diungkapkan melalui sebuah studi yang diterbitkan pada Oktober 2022 seperti yang dilansir dari New York Post.

“Sumpah serapah memproduksi efek yang tidak terdeteksi oleh bentuk penggunaan bahasa lainnya sehingga hasilnya justru kuat,” tegas sekelompok ilmuwan dari universitas di Inggris. 

Mengumpat dapat menghasilkan penghilang rasa sakit secara emosional, kognitif, fisiologi, interaksional, serta retoris. 

ilustrasi sumpah serapah/mengutuk

Photo :
  • drobotdean/freepik

Untuk studi ini, para peneliti dari Universitas Keele dan Westminster di London memeriksa 100 penelitian akademis apakah ada manfaat dari mengumpat.

Mereka menemukan bahwa sumpah serapah untuk menekankan kegembiraan mengarah pada ikatan sosial dan solidaritas karena dianggap sebagai tanda kedekatan di antara teman-teman — sementara orang cenderung lebih sopan dengan kenalan.

Orang-orang yang bersumpah serapah dalam pesan teks juga dinilai lebih dapat dipercaya atau persuasif daripada mereka yang tidak. 

Selain itu, peneliti juga menyatakan mengumpat saat mengalami hal menyakitkan membantu membuat orang merasa lebih baik. 

Sebelumnya pada tahun 2020 juga ada penelitian sejenis dari Universitas di Keele. Dalam penelitian tersebut mereka mengungkapkan partisipan yang bersumpah mampu menahan tangan mereka di air es lebih lama dan mengalami rasa sakit yang tidak terlalu parah — dibandingkan mereka yang tetap bungkam. 

Para peneliti menentukan motivasi terbesar untuk sumpah serapah adalah guna melepaskan kemarahan dan frustasi, termasuk mengatasi perasaan marah dalam situasi yang penuh tekanan. 

Dr. Karyn Stapleton yang terlibat dalam penelitian tersebut membeberkan asal muasal sumpah serapah bisa baik untuk kondisi mental. Pada dasarnya, kata umpatan ‘mampu’ melakukan hal-hal yang tidak dilakukan bahasa lain. 

ilustrasi sumpah serapah/mengutuk

Photo :
  • storyset/freepik

Pada tahun 2017, peneliti dari Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Hong Kong mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa tidak senonoh cenderung tidak dikaitkan dengan kepalsuan dan penipuan.

Sebagai bagian dari studi itu, para ilmuwan melakukan dua survei — pertama melibatkan 275 peserta sementara yang kedua menganalisis data dari 75.000 pengguna Facebook. 

Lihat Bagian Tubuh Ini Pada Pria, Ternyata Bisa Prediksi Ukuran Penisnya

Analisis dari kedua kelompok menemukan mereka yang lebih banyak mengumpat cenderung menggunakan pola bahasa yang berkaitan dengan kejujuran. 

Menurut para peneliti, kata-kata yang termasuk sumpah serapah mengandung referensi seksual, penistaan, atau istilah vulgar lainnya. 

Hampir Separuh Kota-kota Besar di Tiongkok Terancam Tenggelam, Ini Penyebabnya
Prof Raymond Tjandrawinata.

Prof Raymond Tjandrawinata Raih Top 3 Peneliti Bidang Farmasi di Indonesia

Guru besar dan peneliti di Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya tersebut, telah menjelajahi dunia sains hingga negeri Paman Sam.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024