Bolehkah Orangtua Nge-prank Anak Sendiri? Begini Teorinya

Ilustrasi orangtua nge-prank ke anak.
Sumber :
  • freepik

VIVA Digital – Bermain prank pada anak-anak bisa menjadi menyenangkan bagi orangtua dan sang buah hati. Namun, yang pasti, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar semua kalangan bisa menikmati prank.

Miris, Ayah Rudapaksa Anak Kandung Berulang Kali Usai Nonton Video Porno

Dilansir dari The Conversation, dari sudut pandang kognitif, sebuah prank melibatkan upaya untuk menanamkan kepercayaan yang salah ke dalam pikiran orang lain.

Misalnya, kamu menyuruh seseorang di atas kursi dan ia percaya bahwa itu hanya kursi biasa. Namun, rupanya di balik kursi ada hal yang mengejutkan seperti balon berisi air.

Jangan Dilarang Moms, Bermain Punya 5 Manfaat Ini Buat Kecerdasan Anak

ilustrasi prank

Photo :
  • freepic.diller/freepik

Menanamkan keyakinan salah atau berbohong membutuhkan teori pikiran yang berkembang dengan ‘baik’. Teori pikiran adalah kemampuan untuk memahami orang lain memiliki kondisi mental dan perspektif berbeda.

Selain Izin ke Anak, Natasha Rizky Tektokan Dulu Sama Desta Soal Ini Kalau Mau ke Luar Negeri

Kamu memahami bahwa orang lain tidak berharap duduk di atas kursi tersebut dan kamu yakin balon isi air akan menimbulkan kejutan lucu bagi orang-orang di sekitar.

Otak anak-anak sedang mengalami metamorfosis luar biasa saat mereka tumbuh dengan beberapa tahapan yang dapat diprediksi sepanjang pertumbuhan.

Sebagian besar akan mengembangkan teori pikiran yang dapat dikenali sekitar usia tiga hingga empat tahun. Orangtua mungkin memperhatikan anak mereka tiba-tiba menyadari perlu mengomunikasikan kebutuhan mereka.

Kondisi ini membantu mendorong perkembangan teori pikiran, bahasa, dan keterampilan komunikasi sosial lainnya. Sekitar empat hingga lima tahun, anak-anak mungkin mulai bisa berbohong dan bereksperimen dengan trik atau prank mereka sendiri saat mencoba teori pikiran yang baru terbentuk.

Sebelum sekitar umur 12 tahun, ketika lobus frontal otak mulai bekerja, anak-anak belum mempunyai kemampuan untuk berpikir kritis.

ilustrasi orang tua prank ke anak

Photo :
  • freepik

Mereka belum mampu menganalisis banyak pilihan, menilai kredibilitas, serta membuat keputusan yang masuk akal. Faktor tersebut membuat mereka cukup mudah tertipu, mengandalkan hampir sepenuhnya pada apa yang dikatakan orangtua atau walinya.

Prank yang baik membutuhkan teori pikiran baik pula dan pemahaman menyeluruh tentang pikiran di mana orangtua ingin menanamkan keyakinan yang salah.

Orangtua harus tahu persis apa yang diperlukan untuk memastikan — dalam kasus ini anak mereka akan tertipu dan tidak ketahuan sebelumnya serta yakin anak akan merespons secara positif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya