Fenomena Buta Wajah, Ketika Orang yang Kita Kenali Menjadi Asing

Buta wajah atau prosopagnosia.
Sumber :
  • Getty Images

VIVA Tekno – Ketika seseorang melihat wajah yang dikenalnya, otak mereka membutuhkan waktu kurang dari setengah detik untuk mencocokkan identitas hidung, mata, mulut, dagu, dan pipi.

Biar Aman dan Terpercaya, 5 Faktor Ini Wajib Dipertimbangkan saat Pilih Klinik Kecantikan

Naluri seperti kekuatan super itu terjadi begitu mudah bagi sebagian besar orang, kita bahkan tidak pernah memikirkannya. Tapi tidak semua orang memiliki kemewahan itu.

Beberapa orang berjuang sepanjang hidup mereka dengan kondisi membingungkan yang dikenal sebagai prosopagnosia perkembangan, di mana wajah-wajah yang dikenal terlihat asing atau wajah-wajah orang asing terlihat sangat mudah dikenali. Beberapa orang yang disebut buta wajah bahkan tidak dapat mengenali diri mereka sendiri di cermin.

5 Dampak Buruk Stres Buat Kesehatan Kulit, Penuaan Dini Hingga Bikin Kusam

Saat ini, sebagian besar studi memperkirakan sekitar 2 hingga 2,5 persen populasi dunia memiliki beberapa bentuk gangguan kognitif tersebut. Namun menurut penelitian baru dari Universitas Harvard, itu mungkin tidak jarang seperti yang kita duga sebelumnya.

Karena kondisi ini mendapat perhatian media yang lebih besar dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang yang mengungkapkan perjuangan pribadi mereka dengan kebutaan.

Wajib Tahu! 5 Kandungan Skincare yang Aman Buat Semua Jenis Kulit

Lebih dari setengah dari mereka yang mengira mereka dilahirkan dengan kondisi tersebut tidak memenuhi standar diagnostik yang paling umum. Kasus yang lebih ringan ini tidak dimasukkan dalam penelitian, namun jelas menonjol pada tingkat populasi.

Ketika para peneliti di Harvard memberikan berbagai tes dan kuesioner tentang pengenalan wajah kepada lebih dari 3.100 peserta dewasa di Amerika Serikat, mereka menemukan sekelompok orang yang mendapat skor cukup buruk.

Ilustrasi sekumpulan manusia.

Photo :
  • arab-hams.com

Bergantung pada batas diagnostik mana yang digunakan untuk kebutaan wajah (yang jumlahnya banyak), Carly Cassella menemukan bahwa kondisi tersebut berkisar dari prevalensi 0,13 persen hingga 5,42 persen.

Saat ini, standar diagnostik yang paling umum cukup ketat, biasanya mencakup kombinasi laporan diri dan tes objektif. Dalam studi Harvard, ambang batas yang ketat ini menghasilkan tingkat diagnostik hampir 1 persen.

Yang cukup menarik, kelompok pasien ini tidak selalu mendapat skor terburuk pada tes pengenalan wajah, menurut laman Science Alerta, Senin, 6 Maret 2023.

Beberapa yang tidak didiagnosis dengan prosopagnosia sebenarnya memiliki kinerja yang lebih buruk daripada mereka yang didiagnosis. Temuan menunjukkan kebutaan wajah ada pada spektrum, seperti gangguan perkembangan autisme dan multiple sclerosis.

Secara total, para peneliti di Harvard mengidentifikasi 31 orang yang memiliki prosopagnosia mayor dan 72 orang yang memiliki prosopagnosia ringan. Bersama-sama, itu mewakili 3 persen dari seluruh ukuran sampel.

Diperluas ke tingkat populasi, kira-kira 10 juta orang Amerika yang mungkin menderita kebutaan, jutaan di antaranya saat ini tidak tercakup.

"Ini penting dalam beberapa tingkatan. Pertama, sebagian besar peneliti telah menggunakan kriteria diagnostik yang terlalu ketat dan banyak orang dengan masalah pengenalan wajah yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari salah diagnosis, bahwa mereka tidak memiliki prosopagnosia," jelas psikiater Joseph DeGutis dari Harvard.

Jika para ilmuwan yang menangani kebutaan wajah melonggarkan parameter ini, akan ada lebih banyak orang yang berjuang dengan kelainan ini mencari solusi dan trik untuk membantu mereka mengidentifikasi wajah. Selama kasus yang lebih ringan ini dimasukkan bersama kasus yang lebih parah dalam penelitian, mereka tampaknya tidak secara signifikan mengurangi jumlah pasien secara keseluruhan.

“Temuan ini memberikan dukungan awal untuk pernyataan bahwa menggunakan kriteria diagnostik yang lebih santai tidak cukup mengubah sifat gangguan yang sedang dipelajari,” tambah mereka.

Makalah lain yang diterbitkan pada akhir tahun 2022 membuat argumen serupa. Melonggarkan diagnosis kebutaan wajah lebih inklusif dan pada akhirnya akan memperluas pengetahuan kita yang terbatas tentang gangguan tersebut.

leX_NygaKzU

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya