Tidak Ada Tempat yang Sepenuhnya Aman di Bumi

Polusi udara di Jakarta.
Sumber :
  • vstory

VIVA Tekno – Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh profesor Yuming Guo, dari Monash University School of Public Health and Preventive Medicine di Melbourne, Australia, melakukan studi meta tingkat harian partikel di berbagai belahan dunia selama periode 2000-2019. 

Kinclong Sepanjang Hari, Nilai Transaksi Perdagangan Saham BUMI Capai Rp 412 miliar

Peneliti menemukan bahwa hanya 0,001 persen populasi global yang hidup pada tingkat PM2.5, yang dianggap aman menurut standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) yang dikutip dari situs Sputnik News, Rabu, 8 Maret 2023.

Untuk melakukan penelitian dengan baik, tim peneliti menggunakan data dari berbagai sumber, seperti pengamatan pemantauan kualitas udara, detektor meteorologi dan polusi udara berbasis satelit serta metode pembelajaran statistik dan mesin.

Berencana Kuasi Reorganisasi, BUMI Bakal Gelar RUPST dan RUPSLB

"Dalam studi ini, kami menggunakan pendekatan pembelajaran mesin inovatif untuk mengintegrasikan beberapa informasi meteorologi dan geologi guna memperkirakan konsentrasi PM2.5 harian tingkat permukaan global pada resolusi spasial tinggi sekitar 10km × 10km untuk sel jaringan global pada 2000-2019 yang berfokus pada area di atas batas aman WHO (ambang batasnya masih bisa diperdebatkan)," kata Guo.

PM2.5 adalah polutan udara yang terdiri dari mikropartikel padat dan tetesan cairan terkecil sekitar 10 nm hingga 2,5 ?m. PM2.5 dengan mudah menembus penghalang biologis dan karena itu dapat menimbulkan ancaman terbesar bagi tubuh, dengan studi baru menunjukkan bahwa ukuran bahayanya mungkin lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

Saham Bumi Resources Meroket Usai Umumkan Rencana Kuasi Reorganisasi, Ini Penjelasan Manajemen

Para peneliti telah mengidentifikasi pola perubahan PM2.5 yang spesifik untuk periode masing-masing wilayah makro yang berbeda. Umumnya penurunan tingkat harian ditandai di Eropa dan Amerika Utara. Deteksi yang meningkat tercatat di Asia selatan, Australia, Selandia Baru, Amerika Latin, dan Karibia.

Ilustrasi Polusi udara | Photo by Marek Piwnicki on Unsplash

Photo :
  • U-Report

Puncak tinggi di musim dingin mempengaruhi Laut China Timur dan India Utara sedangkan puncak tinggi di musim panas untuk wilayah timur di Amerika Utara.

Tahun 2019 adalah tahun puncak bagi Australia dan Selandia Baru. Terlepas dari poin sebelumnya, konsentrasi PM2.5 tahunan terendah terkait dengan Australia dan Selandia Baru juga wilayah lain di Oseania dan Amerika bagian selatan. Sementara angka tertinggi tercatat di wilayah Asia Timur, Asia Selatan, dan Afrika utara.

“Kami juga mencatat polusi udara PM2.5 yang relatif tinggi pada Agustus dan September di Amerika Selatan dan dari Juni hingga September di sub-Sahara Afrika,” katanya.

Batas pedoman WHO 2021 yang baru menyatakan bahwa pada tahun 2019 hanya 0,18 persen dari luas daratan global dan 0,001 persen populasi global memiliki konsentrasi lebih rendah dari batas tahunan.

Peneliti mencatat pentingnya penelitian ini, karena akan memberikan pemahaman mendalam tentang keadaan polusi udara luar ruangan saat ini dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Dengan informasi ini, pembuat kebijakan dan peneliti dapat menilai dengan lebih baik efek kesehatan polusi udara dan mengembangkan strategi mitigasi polusi udara.

Studi tersebut diberi judul 'Perkiraan global konsentrasi partikel halus ambien harian dan distribusi spatiotemporal yang tidak sama dari paparan populasi: studi pemodelan pembelajaran mesin' yang diterbitkan di The Lancet Planetary Health.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya