Bangun Kedaulatan Digital Lewat Tangan Lokal

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid.
Sumber :
  • Dok. Kemenkomdigi

Jakarta, VIVA – Peran pusat data (data center) diyakini makin strategis di era kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Bisnis ini sedang marak digarap perusahaan besar.

Dunia Siber 2025: Makin Seru atau Lebih Mengerikan

Tingginya kebutuhan pasar akan infrastruktur penyimpanan dan pengelolaan data menjadi salah salah satu alasan.

Di tengah meningkatnya pengadopsian AI dan komputasi awan (cloud computing), bisnis pusat data juga harus bisa memenuhi permintaan kapasitas yang lebih besar.

Wamen BUMN Beberkan 4 Program Prioritas Prabowo yang Bakal Diakselerasi di 2025

Berdasarkan data Structure Research, pertumbuhan data center di Indonesia diproyeksikan sebesar 23,5 persen per tahun dengan pangsa pasar mencapai US$618,6 juta pada 2025.

Indonesia juga memiliki 3 pendorong industri data center, yakni fundamental ekonomi, transformasi digital, dan regulasi yang mampu menjadi daya tarik investasi data center.

Keberhasilan Datang dari Usaha, bukan Ilusi

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menekankan arti penting AI sebagai katalis pertumbuhan ekonomi nasional.

Ia optimistis perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, akan membantu pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Perlunya kolaborasi

Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi digital sangat besar.

Ekonomi Digital Indonesia diproyeksi tumbuh delapan kali lipat dari 2020 sebesar Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun pada 2030, dengan persentase kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB/GDP) meningkat dari 4 menjadi 18 persen.

Di negara-negara berpendapatan tinggi, AI berdampak terhadap 60 persen pekerjaan. Dampaknya mencakup 40 persen pekerjaan di negara berpendapatan menengah, kemudian sekitar 26 persen di negara berpendapatan rendah.

Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan perlu dioptimalkan untuk menciptakan ekosistem inovasi yang mendukung adopsi teknologi terbaru.

Bukan tanpa alasan mengapa kolaborasi dibutuhkan, karena lima tahun mendatang merupakan periode kritis untuk menyiapkan fondasi ekonomi digital yang kuat.

"Kami ingin menciptakan ekosistem digital Indonesia yang inklusif, memberdayakan, dan berdaulat," ujar Menkomdigi Meutya Hafid.

Dengan pengelolaan teknologi AI secara optimal, pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen yang ditargetkan Presiden Prabowo Subianto dapat tercapai.

Pemain global

Dalam mewujudkan potensi ini, Indonesia harus fokus pada pencapaian kedaulatan digital, dengan mendorong pengembangan teknologi domestik yang tidak hanya bergantung pada teknologi dari luar negeri.

Seperti baru-baru ini digelar Indonesia AI Day sebagai wadah strategis yang mempertemukan pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas untuk memperkuat kolaborasi dalam mengembangkan ekosistem AI.

Indonesia AI Day merupakan kolaborasi antara Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi), Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), dan Lintasarta. Dalam gelaran tersebut diumumkan tiga platform inovatif.

Pertama, IM3 Platinum. Ini adalah platform untuk memastikan pengalaman personalisasi bagi 100 juta pelanggan Indosat. Pengalaman yang aman, bebas spam, dan terjadi secara real-time.

Kedua, Sahabat AI. Sebuah Large Language Model (LLM) open-source yang dirancang untuk memahami konteks lokal dan menjembatani kesenjangan yang belum terpenuhi oleh model AI global.

Ketiga atau terakhir, Merdeka Cloud. Platform ini sebagai upaya untuk mendemokratisasi kecerdasan buatan bagi perusahaan-perusahaan di Tanah Air.

"AI bisa jadi potensi untuk mendongkrak economic growth dan create new job opportunity. Inilah saatnya bagi Indonesia untuk menjadi pemain global di dunia digital, bukan hanya konsumen, melainkan juga inovator yang membawa perubahan besar," katanya, seraya mempertegas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya