Warga Bumi Menjerit di Sepanjang 2024

Ilustrasi cuaca panas/ekstrem.
Sumber :
  • Pixabay

Jakarta, VIVA – Para ahli menjelaskan bahwa 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat. Pada tahun lalu terjadi banjir besar dan kebakaran hutan yang dipicu oleh cuaca panas ekstrem.

Akibat Cuaca Buruk, Belasan Penerbangan di Bandara Ngurah Rai Bali Alami Keterlambatan hingga Batal Terbang

"Kita harus keluar dari jalan menuju kehancuran ini," kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, seperti dikutip dari situs DW, Kamis, 2 Januari 2025.

Dunia telah mengalami 'dekade panas yang mematikan', dan 2024 merupakan puncak dari 10 tahun suhu global yang belum pernah terjadi sebelumnya, ungkap Guterres, melanjutkan.

Cuaca Buruk di NTB: Banjir Bandang, Longsor dan Pohon Tumbang Memakan Korban Jiwa

Dalam pesan awal tahunnya, Sekretaris Jenderal PBB itu mengatakan, 10 tahun terpanas yang pernah terjadi dalam satu dekade terakhir, termasuk tahun lalu.

"Kita harus keluar dari jalan menuju kehancuran, dan kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu," tegasnya.

Dileep Srivastava, Direktur Bumi Resources Meninggal Dunia di Usia 72 Tahun

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), badan iklim dan cuaca PBB, melaporkan, meskipun 2024 ditetapkan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, emisi gas rumah kaca juga terus meningkat ke rekor tertinggi baru, sehingga mengunci lebih banyak pemanasan di masa depan.

WMO merujuk pada laporan terbaru, yang menemukan bahwa perubahan iklim memperparah 26 dari 29 peristiwa cuaca ekstrem yang dipelajari oleh jaringan ilmuwan World Weather Attribution (WWA) pada tahun lalu.

Peristiwa bencana tersebut menewaskan sedikitnya 3.700 orang dan membuat jutaan orang harus mengungsi. Menurut laporan WWA, perubahan iklim menambah 41 hari suhu panas yang berbahaya di tahun kemarin.

"Perubahan iklim terjadi di depan mata kita hampir setiap hari. Panas yang hebat menghanguskan puluhan negara, dengan suhu mencapai 50 derajat Celsius dalam beberapa kesempatan. Kebakaran hutan menimbulkan kehancuran,” papar Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo.

WMO juga memperingatkan, ada kebutuhan yang semakin besar dan mendesak bagi negara-negara dan organisasi internasional untuk bekerja sama mengatasi risiko panas yang parah.

Perubahan iklim didorong oleh emisi CO2 (karbondioksida) dan gas rumah kaca lainnya yang terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya