Hacker Sabotase Sarana Air di Amerika Serikat

Ilustrasi hacker.
Sumber :

VIVAnews - Penyelidik federal Amerika Serikat sedang menyelidiki laporan hacker menyabotase sarana pompa air di Illinois dari jarak jauh. Jika terbukti, ini merupakan serangan cyber pertama atas sistem industri Amerika.

Pembunuhan Sadis, Wanita di Medan Tewas Ditangan Kekasihnya

Sabotase yang terjadi pada 8 November 2011 ini dilansir dalam laporan satu halaman Pusat Terorisme dan Intelijen Negara Bagian Illinois, seperti disampaikan Joe Weiss, seorang pakar keamanan infrastruktur dari serangan cyber.

Hacker telah mendapatkan akses jaringan air di barat Springfield dengan identitas curian dari sebuah perusahaan yang membuat perangkat lunak untuk sistem kontrol industri. Weiss menyampaikan, kelompok ini mungkin telah menyerang target industri lain atau sedang merencanakan serangan selanjutnya.

Singapura Siap Sambut Kembali Wisatawan! STB dan GDP Venture Perbarui Kemitraan

Kementerian Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat dan Biro Investigasi Federal (FBI) sedang mendalami masalah ini, kata juru bicara Kementerian Keamanan Dalam Negeri, Peter Boogaard. "Saat ini, belum ada data penguat yang menunjukkan risiko atas infrastruktur penting atau ancaman atas keamanan publik," katanya. 

Sistem SCADA

PDIP Bisa jadi Oposisi, Bantu Pemerintah Mengkoreksi Bukan Saling Berhadapan

Pakar keamanan cyber menyatakan, serangan ini menandakan risiko serangan atas sistem yang dikenal sebagai Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA). Sistem komputer kemampuan tinggi ini mengendalikan infrastruktur penting, mulai dari fasilitas air, pabrik kimia, reaktor nuklir sampai jalur kereta api.

Sistem SCADA ini menjadi berita internasional ketika tahun lalu sebuah virus misterius Stuxnet menyerang fasilitas pengayaan uranium Iran. Serangan ini kemunduran bagi program nuklir Iran. (Soal ini, baca laporan khusus VIVAnews, Bahaya Perang Cyber).

Lani Kass, yang baru pensiun September lalu sebagai penasihat senior untuk Kepala Staf Gabungan Militer Amerika Serikat, menyatakan AS harus memperhatikan serius soal ini. "Ini bukan sekadar insiden atau koinsiden," katanya.

Reuters

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya