Suplemen Palsu Ebola Beredar di Dunia Maya

Virus ebola.
Sumber :
  • REUTERS/ Mariana Bazo
VIVAnews
- Meski belum pernah ditemukan penyembuhnya, banyak orang yang memasarkan obat atau suplemen Ebola. Sepertinya para penjual obat ini mencoba memanfaatkan kesempatan dari ketakutan para pengguna internet terhadap virus mematikan ini.


Dilansir
Forbes
, Sabtu 16 Agustus, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika memperingatkan warga dunia maya atas maraknya penawaran obat yang dijanjikan bisa menyembuhkan Ebola. FDA meyakinkan bahwa sampai saat ini belum ada satupun vaksin yang disahkan sebagai anti-Ebola.

Kemenag Bekali Pelatihan Guru dan Pengawasan RA untuk Cegah Stunting Melalui PAUD HI

"Sangat penting untuk diketahui bahwa Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (CDC) di Amerika menyatakan Ebola tidak memberikan risiko yang signifikan terhadap publik di AS. Sayangnya, di saat situasi seperti ini, banyak produk yang diklaim mampu mencegah, mengurangi bahkan menyembuhkan Ebola. Belum ada satupun obat yang terbukti mampu menyembuhkan Ebola. Kami harap konsumen bisa berhati-hati," tulis FDA dalam keterangan resminya.
Kasus Korupsi Kredit Macet Jaksa Eksekusi Eks Pegawai Bank BNI ke Penjara


Dipenjara karena Narkoba, Chandrika Chika Ngaku Salah Pilih Teman
Forbes mencari di dunia maya. Dengan mengetik keyword 'obat Ebola' atau 'suplemen Ebola' di laman dagang Amazon.com, muncul dua produk terkait. Obat itu adalah ekstrak Cherry acelora dan sebuah ramuan herbal dari Tiongkok. Hal yang sama dilakukan pada Google Shopping dan muncullah deretan produk yang diklaim bisa menyembuhkan Ebola. Yang paling dominan muncul adalah Garcina Cambogia. Obat ini juga diklaim bisa menurunkan berat badan.

Cara Ebola Rusak Imun

Di lain sisi, ilmuwan mengklaim telah menemukan cara yang dilakukan Ebola untuk memblokir dan merusak fungsi sistem imun. Penemuan ini diharapkan bisa berpotensi menjadi dasar penemuan obat Ebola.


Sekelompok ilmuwan itu berasal dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York. Dalam temuannya, mereka mendeteksi sebuah protein bernama VP24 yang turut bercampur dengan molekul bernama interferon. Ini merupakan molekul yang sangat penting terkait respon dalam tubuh.


"Salah satu alasan virus Ebola itu sangat mematikan karena dia merusak imunitas dalam tubuh sebagai respon dari infeksi. Jika kita bisa tahu bagaimana cara kerja VP24 menganggu sistem imun maka kita bisa mencari cara melawan virus itu," tutur Vhris Basler dari Icahn School of Medicine, dilansir
Business Insider
.


Tim yang dipimpin oleh Gaya Amarasinghe dari Washington Unversity School of Medicine ini menemukan jika VP24 bekerja dengan menghentikan apa yang disebut 'transcription factor STAT1' memasuki nukleus sebuah sel dan memulai respon imun. STAT1 inilah yang membawa 'pesan' antiviral dari interferon.


"Virus Ebola membawa sesuatu berukuran kecil yang memotong sinyal bahaya pada sel. Ketika hal ini terjadi, kebanyakan fungsi sel dalam tubuh dimatikan dan tidak lagi bekerja. Tubuh tidak memiliki daya untuk memerangi Ebola. Tubuh dibiarkan dengan pertahanan yang lemah dan kurang efektif. Kerusakan fungsi sel tubuh semakin berkembang dan berujung kematian," katanya.


Penelitian Amarasinghe dan tim nya ini dipublikasikan dalam jurnal Cell. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya