Pakar IT: Internet Indonesia Lemot Karena Servernya di Amerika

Cyberpreneur 2014
Sumber :
  • Vivanews/AgusTH
VIVAnews
- Dalam sesi tanya jawab dengan SMK di berbagai daerah menggunakan
video conference
, ada siswa yang menanyakan kenapa kecepatan internet di Indonesia lemot, bila dibandingkan Korea Selatan atau bahkan Singapura.


Untuk diketahui, Korea Selatan menjadi negara pertama di dunia yang mempunyai kecepatan internet hingga 23,6 Mbps dan Singapura memiliki kecepatan 7,8 Mbps. Sedangkan, Indonesia hanya berkecepatan rata-rata 4,1 Mbps.


Sebagai Pakar IT, Onno W. Purbo mengatakan secara logika intenet mempunyai kecepatan yang tinggi karena fiber optiknya ada di 'depan hidung', jadi tinggal 'menarik' saja.

Jangan Ragukan Nasionalisme Pemain Naturalisasi Indonesia

"Nah, masalahnya yang menyebalkan, servernya Indonesia itu ada di Amerika," ungkapnya di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jakarta, Kamis 28 Agustus 2014.
Detik-detik Pelaku Dugaan Pelecehan Seksual Anak di Bawah Umur Diamuk Massa


Terpopuler: Pengakuan Shin Tae-yong ke Ernando, Kata Pelatih Australia Usai Dihajar Timnas Indonesia
Masih kata Onno, kalau servernya ada di kota masing-masing itu juga pasti bakal cepat, tidak akan ada gangguan. "Makanya jangan pakai server Amerika, pakai server Indonesia saja," ucapnya.

Maka dari itu, kata Onno, jarak menjadi penyebab kelemotan pada internet, khususnya di Indonesia sehingga makin jauh dan lama.

Bahkan, pria lulusan sarjana Teknik Elektro ITB ini mengatakan baiknya siswa SMK membuat internet sendiri. "Kalau dalam sekolah sekitar 10 meter, pasti kenceng bisa 100 Mbps," ucapnya.


Onno menambahkan, generasi muda Indonesia harus mampu membuat internet dari nol semuanya. Kata dia, agar lokal mempunyai daya saing secara global ke depannya.


Asah Cyberpreuner Melalui Kompetisi

Menurut Onno, ketergantungan bangsa Indonesia terhadap teknologi dari luar dibanding lokal, membuat kekhawatiran tersendiri. Tidak hanya server tapi juga bidang aplikasi dan program. Bagi para pegiat TIK seperti Onno, ini sangat mencemaskan ke depannya.


Hal ini pun diamini oleh Ketua Dewan Pembina Genta Foundation, Dedi Yuliandi. Mereka pun melakukan berbagai upaya untuk menciptakan profesional muda atau wirausahawan di bidang TIK.


"Semua (teknologi) berasal dari luar. Aplikasi
messaging
saja berasal dari luar negeri, seperti wechat, Line, dan sebagainya. Kita harus mendorong agar Indonesia mampu tumbuh di masa depan," ujar Dedi pada kesempatan yang sama.


Menurut Dedi, salah satu yang harus dilakukan adalah menciptakan wirausahawan dan profesional muda Indonesia di bidang TIK. Dedi dan tim pun mengadakan Cyberpreuner Competition 2014.


"Kompetisi ini untuk mendorong terus berkembangnya produk TIK lokal, dibarengi dengan peningkatan kualitasnya sehingga mampu tumbuh menjadi industri kreatif digital di masa depan untuk menompa daya saing global," ujar Dedi bersama sekolah SMK melalui
video conference
di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis 28 Agustus 2014.


Lebih lanjut lagi, ia menambahkan, kompetisi Cyberpreneur Competition ini sebagai ajang penyaringan SDM TIK yang berkualitas khususnya berasal dari kalangan SMK.


"Kompetisi ini dapat menjaring ide-ide orisinil di bidang TIK sehingga akan bisa membantu percepatan peningkatan kualitas dan kuantitas industri TIK nasional. Jadi, yang kita cari bukan pemenang tapi yang kompeten ilmunya untuk di bidang industri TIK," ucapnya.


Materi yang akan diperlombakan dalam Cyberpreneur Competition ini di bidang TIK khususnya WLAN, System Network Admin, Aplikasi Mobile Android, Toko Online, Web Protal Daerah, Membuat Rencana Bisnis, dan Web Design Statis.


Sekolah bisa mulai mendaftarkannya sampai akhir Agustus. Juara pertama akan mendapatkan piala, tabungan Rp10 juta dan akses permodalan dari sponsorhip. Dan juara kedua, mendapatkan piala, uang Rp5 juta, dan akses permodalan dari sponsorship.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya