Motor Dilarang Melintas Jalan Protokol, Ini Kata CEO Go-Jek

Pengendara Motor Melintas di Jalan MH Thamrin
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id - Terkait pelarangan pengendara motor untuk memasuki jalan protokol di Jakarta, Chief Executive Ojek (CEO) PT Go-Jek Indonesia, Nadiem Makarim, cukup menyesalkan adanya kebijakan tersebut. Namun, dia akan tetap mendengar pemerintah sebelum mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut.

"Kasihan kalau cuma motoris (pengendara motor) dilarang memasuki jalan protokol. Tapi, kami berusaha memperbaiki kemacetan di ibu kota dengan Go-Jek, karena ojek yang mengetahui jalan-jalan tikus saat jalan protokol dilarang bagi sepeda motor," kata Nadiem di kawasan SCBD, Jakarta, kemarin.

Apple Serahkan US$50 Miliar ke Pengembang Aplikasi

Ditanya mengenai harga BBM, Nadiem mengatakan hal itu kemungkinan akan mempengaruhi tarif yang diterapkan Go-Jek.

"Kalau naik (BBM) mungkin tarif akan naik lagi, tapi lihat saja nanti," ungkap Nadiem.

Meski belum pasti menyesuaikan tarif ojeknya terkait harga BBM, Nadiem menjelaskan bahwa angkutan umum melalui kendaraan bermotor tidak terlalu berpengaruh, ketimbang dengan taksi maupun transportasi umum lainnya.

Saat ini, perusahaan teknologi berbasis mobile tersebut didukung sekitar 1.000 armada ojek yang tersebar di seluruh Jabodetabek, terutama di kawasan bisnis dan perumahan Jakarta. Mengenai tarif, Go-Jek memberlakukan Rp4 ribu per kilometer dengan transaksi minimun Rp25 ribu dalam satu perjalanan.

"Kami harap akan merangkul semua tukang ojek sebanyak-banyaknya untuk bergabung dengan Go-Jek. Ya, berharap double (2.000 armada ojek)," ucap Nadiem saat mengungkap target perusahaannya.

Sarana transportasi di suatu kota menjadi pilihan bagi masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Go-Jek pun seperti itu, ingin membantu pemerintah DKI Jakarta seperti mengoptimalkan sarana transportasi.

"Go-Jek dapat bertindak sebagai feeder bagi para penumpang TransJakarta yang tinggal di kompleks-kompleks perumahan dan tidak memiliki kendaraan pribadi untuk transportasi dari rumah ke terminal beroperasinya feeder busway," ujar Nadiem.

Sebab, menurut dia, transportasi TransJakarta masih kurang optimal. Karena, akses yang cukup jauh bagi para penumpang dari rumah ke halte, maupun sehabis turun dari bus TransJakarta menuju kantor masih harus jalan kaki.

"Dengan demikian, Go-Jek dapat membantu mengurangi kemacetan dan ikut serta dalam sistem keamanan sosial di Jakarta," kata founder Go-Jek itu.

Nadiem mengatakan, saat ini, sedang menegosiasi pemerintah setempat. Dalam "rayuan" tersebut, Nadiem mengungkapkan kalau Go-Jek merupakan perusahaan yang legal dan mendukung transportasi pilihan bagi masyarakat.

"Layanan konsumer kami 100 persen legal," ujar pria lulusan Harvard Business School tersebut. (art)

Baca juga:

Petelur.ID, Aplikasi untuk Peternak Kelas Bawah

Ilustrasi pengendara Gojek

Gojek Dapat Suntikan Dana Lagi Rp7 Triliun

Valuasi Gojek diklaim telah mencapai Rp17 triliun.

img_title
VIVA.co.id
4 Agustus 2016