Wali Kota Ridwan Kamil Kenalkan Medsos 'Made in Bandung'

Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA.co.id - Kota Bandung tengah bertransformasi menjadi salah satu kota pintar (smart city) di Indonesia. Pemerintah Kota Bandung pun gencar menghadirkan aplikasi untuk mendukung kebutuhan dan layanan warga kota itu.
Ridwan Kamil Tak Larang Warganya Ikut Demo Ahok

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, mengatakan bahwa untuk menjadikan Bandung sebagai kota pintar, butuh sedikitnya 300 aplikasi yang melayani semua urusan warga kota itu.
Pengemis Berpura-pura Buntung di Bandung Ditangkap

"Smart city itu, kan, wacana baru, semua lagi cari dan bikin standard. Kalau benchmark-nya Singapura itu saja butuh 1.600 aplikasi, kalau kita 200-300 aplikasi," kata Ridwan usai acara diskusi IDByte di kampus Binus University, Jakarta, Rabu malam, 8 Juli 2015.
Ridwan Kamil: Mi Bikini 'Remas Aku' Kreatif yang Meresahkan

Ridwan yang dinobatkan sebagai Ketua Aliansi Kota Pintar Asia Afrika itu menjelaskan untuk memintarkan Bandung, beragam aplikasi layanan andalan sudah disiapkan. Salah satunya media sosial berbasis kecamatan, aplikasi Panic Button, aplikasi pemantau transportasi umum kota dan lainnya.

Media sosial kecamatan itu, kata Ridwan, buatan warga lokal, yang memetakan dan memantau keluhan warga. Hal itu sesuai profil warga kota yang termasuk salah satu pengguna Twitter paling cerewet di dunia.

"Jadi media sosial ini akan melihat curhat (curahan hati/keluhan) tiap kecamatan. Misalnya, saya klik kecamatan A itu beda curhat-nya dengan kecamatan B. Semua yang ter-upload (terunggah) ke mesin media sosial akan dipindai dan diolah oleh kami. Jadi enggak nunggu muncul komplain dulu," kata Emil, sapaan Ridwan Kamil.

Bekerja sama dengan polisi

Dia mengklaim aplikasi media sosial itu ditanggapi sebagai terobosan dalam pengelolaan aspirasi warga kota. "Media sosial berbasis kecamatan ini bikinan orang Indonesia dan sudah diminati luar (warga luar negeri)," katanya.

Selain aplikasi media sosial itu, Pemerintah Kota Bandung juga menyiapkan aplikasi darurat bagi warga kota dengan cukup menekan tiga kali tombol SOS, Panic Button. Untuk menindaklanjuti laporan melalui tombol itu, Pemkot sudah mengintegrasikan laporan dalam Command Center.

"Ini, kan, darurat, polisi dilatih (untuk mengelola laporan darurat), ada dua orang di Command Center. Jadi saat emergency (darurat), tak usah panggil darurat. Ini pijit tiga kali dan lokasinya ketemu. Hitungan kurang dari lima menit, polisi sudah sampai lokasi," katanya.

Sementara untuk aplikasi transportasi, Emil mengaku penjajakan sudah mulai dilakukan, salah satunya bekerja sama dengan aplikasi Moovit. Aplikasi itu memungkinkan pengguna bisa melihat kondisi dan posisi terkini kendaraan transportasi umum di kota Bandung.

"Kalau Waze kan untuk cek kemacetan. Nah, Moovit ini akan cek, misalnya, busnya di mana posisinya, penuh atau tidak, sehingga hidup orang kota itu efisien, karena ada crowdsourcing yang berbasis sharing data," ujarnya.

Reformasi birokrasi

Emil menjelaskan Kota Bandung telah menerapkan layanan berbasis aplikasi, yaitu mengefisienkan proses penerbitan perizinan dan melahirkan reformasi birokrasi.

Ia menyebutkan kini dalam penerbitan izin, warga di Bandung tak perlu lagi bertemu staf pemerintahan di kantor. Sebab mulai dari pendaftaran hingga keluarnya izin bisa dilakuan secara online.

"Jadi enggak perlu lagi ketemu dengan saya atau staf saya. Daftar online, bayar online dan tunggu hasilnya di rumah saja. Nanti dikirim lewat pos," katanya.

Aplikasi pelayanan publik yang akan mendukung kota pintar di Bandung, yaitu e-blusukan, e-budget dan lain-lain. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya