Migrasi Online Indonesia Bisa Samai China

Andi Boediman
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Perusahaan modal ventura (VC), Ideosource menilai tren perkembangan offline-to-online (O2O) di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Hal itu seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi.

Menurut, perusahaan VC ini, sektor O2O akan menjadi kunci yang menarik bagi perkembangan digital di Tanah Air.

Managing Partner Ideosource, Andi Boediman, mengatakan sektor O2O di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan. Disampaikannya, sekarang migrasi retail ke online baru mencapai 0,7 persen. Namun, angka tersebut akan terus mengalami lonjakan. Hal itu serupa dengan kondisi yang terjadi di Tiongkok dan India.

Andi menuturkan, Tiongkok sekarang sudah 10 persen. Pada 2011-2013, Tiongkok migrasi retail bisa sampai tiga kali dari 1,5-2 persen hingga 6,5 persen. Ledakan itu karena ada campur tangan pemerintah yang membangun infrastuktur.

"Kalau dengan Tiongkok kita ketinggalan lima tahun. Sedangkan dengan India kita terpaut tiga tahun. Di India, tidak ada campur tangan pemerintah, tetapi lompat jadi double, itu sama kayak Indonesia butuh tiga tahun," ujar dia ditemui di Tech in Asia 2015, Balai Sartika, Jakarta, Rabu, 11 November 2015.

Ia melanjutkan, saat ini Indonesia kira-kira migrasi retail ke online baru 0,7 persen dan akan mencapai 1,5 persen pada 2017.

Andi menambahkan beberapa waktu lalu, ia bersama para pelaku e-commerce di undang untuk bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara. Waktu itu, Rudiantara, kata Andi, menyampaikan Tiongkok meledak karena didukung oleh pemerintah, sedangkan Indonesia tidak didukung pemerintah.

"Apa yang mereka lakukan? Mereka coba peran aktif. Para pemain melihat industri didukung, ya senang. Meski saat ini program pemerintah belum terlihat, tapi yang penting sudah ada pemahaman. Itu yang perlu diapresiasi," ujarnya.

Daftar Negatif Investasi

Andi mengemukakan kurang tepat kalau menghadang investor asing untuk menyuntikkan dananya kepada para pelaku e-commerce Indonesia. Menurutnya, perlu dilakukan pemahaman soal investasi yang dilakukan pihak asing itu dulu.

"Selama pendanaan itu tujuannya untuk tidak dikontrol atau mengambil, tapi untuk membantu dan memperbesarnya, kalau dari kacamata minoritas itu harus didorong. Sama dengan BKPM, masukin dana-dana untuk bangun infrastruktur, itu bagus," tuturnya.

Startup Indonesia Gembira Bisa 'Naik Haji' ke Silicon Valley
Startup yang akan berguru ke markas Google

Enam Startup Indonesia Kembali Berguru ke Markas Google

Ini merupakan gelombang kedua startup Indonesia yang digembleng Google

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016