Teror Paris Bangkitkan Debat Enkripsi Komunikasi

Polisi Prancis dikerahkan di jalan-jalan ibu kota Paris
Sumber :
  • REUTERS/Christian Hartmann

VIVA.co.id - Serangkaian teror di Paris Jumat pekan lalu membangkitkan kembali gagasan untuk akses mengenkripsi aplikasi dan komunikasi elektronik. Debat juga muncul kembali berkaitan dengan apakah teror akhir pekan lalu itu memungkinkan badan pemerintah AS bisa mengakses enskripsi pesan yang ada di internet.

Diketahui, badan intelijen negara sudah sejak lama mendesak agar bisa mengakses backdoor, metode untuk memotong jalur otentifikasi normal, pada layanan komunikasi perusahaan teknologi. Badan intelijen berdalih akses tersebut memungkinkan mereka memantau pesan email terenkripsi, aplikasi chatting, panggilan telepon, dan jenis komunikasi elektronik lainnya.

Namun gagasan itu sudah lama ditolak keras oleh pegiat privasi dan perusahaan teknologi. Namun momentum teror Paris itu dimanfaatkan badan intelijen AS dan beberapa anggota senat di Negeri Paman Sam yang masih getol untuk menyepakati akses backdoor.

Senator di AS meminta perusahaan teknologi berbasis di Silicon Valley untuk melihat produk mereka. Sebab layanan tersebut bisa dipakai oleh kalangan teroris.

"Jika anda menciptakan produk yang memungkinkan monster atau setan agar bisa berkomunikasi, memenggal kepala anah-anak dan menembaki orang tak bersalah, baik permainan teror di stadion, restoran kecil di Paris, sampai mengambil alih maskapai, maka ini adalah problem besar," kata Dianne Feinstein, salah satu senaor AS dari Partai Demokrat dalam Senate Intelligence Committee, dikutip NBC News, Selasa, 17 November 2015.

Sementara dilansir Reuters, teror Paris memang diakui Michael Morell, mantan deputi Direktur Central Intelligence Agency (CIA), membangkitkan lagi ide akses backdoor enkripsi komunikasi elektronik. Sebelumnya ide itu sudah muncul sejak pengungkapan rahasia pemerintah AS oleh mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS, Edward Snowden, pada 2013.

Memang selama ini pertarungan antara pendukung akses enkripsi komunikasi elektronik dan penentang sangat dinamis. Baru saja bulan lalu, para pendukung akses enkripsi itu mulai kendor dalam melobi kepentingan mereka. Namun dengan adanya teror Paris itu, mereka bisa kian kencang untuk kembali mengampanyekan ide mereka.

Pada Agustus lalu, pengacara terkenal masyarakat intelijen AS, Robert Litt menuliskan email kepada Washington Post mencatat bahwa ide akses enkripsi bisa berubah dalam konteks serangan teroris atau kriminal. Litt menuliskan enkripsi yang kuat dapat menghambat penegakan hukum.

Sementara Senin kemarin, Direktur CIA, John Brennan mengatakan kekhawatiran berlebihan atas pengawasan pemerintah malah menguntungkan teroris. Brennan mengatakan, di sisi lain, kuatnya ide akses enkripsi membuat para teroris jauh lebih menantang. Dia mengatakan musuh atau teroris kini menjadi lebih pintar.

"Saya harus mengatakan, telah terjadi peningkatan signifikan dalam keamanan operasional sejumlah jaringan dan operasi teroris," kata bos CIA itu.

Brennan menyebutkan teroris kini makin pintar dan lihai untuk menjaga kegiatan mereka secara tersembunyi dari pihak berwenang.

Sementara, sisi penentang dari perusahaan teknologi, termasuk Apple, Facebook, Microsoft dan Yahoo, beralasan akses itu akan membuat peranti lunak mereka jadi tidak aman. Akses backdoor akan melemahkan keamanan mereka secara keseluruhan dari internet. Akses itu juga tidak banyak membantu menangkap penjahat.

NBC News menuliskan, Nicholas Weaver, peneliti senior Institut Ilmu Komputer Nasional, saat ini teknologi sudah sangat terbuka sehingga ide untuk mengawasi komunikasi rentan untuk ditentang.

Pelaku Serangan Paris Dijatuhi Hukuman Hari Ini

Tapi Weaver mengatakan tentu penegak hukum masih punya celah untuk mempersempit gerak penjahat dan teroris.

"Semua aplikasi chatting yang dienskripsi tersebut masih membocorkan banyak metadata," kata dia.

Celah ini bisa dimanfaatkan oleh penegak hukum untuk melacak hubungan antara seseorang dengan tersangka teroris.  Menurutnya, badan intelijen sudah menjalankan skema ini untuk menyadap telepon dan komputer terduga teroris.

Timnas Jerman dalam sesi latihan.

Timnas Jerman Siap Jika Harus Bermain Tanpa Penonton

Ada ide pertandingan di Piala Eropa 2016 dilakukan secara tertutup.

img_title
VIVA.co.id
24 Maret 2016