Operator Telko Sadar Jadi Target Empuk Penjahat Siber

Ilustrasi peretas (hacker).
Sumber :
  • allpinoynews

VIVA.co.id – Penjahat siber atau hacker memang tidak memandang bulu dalam melakukan serangan membobol sistem keamanan. Operator telekomunikasi pun menyadari betapa jaringan mereka cukup menjadi target empuk bagi para penjahat siber.

Revisi UU ITE Disahkan, Privy Siap Amankan Transaksi Keuangan Digital

Hal ini diungkapan salah satu operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, XL Axiata. Menurut mereka, harus ada tukar informasi antaroperator telekomunikasi guna mengantisipasi serangan-serangan tersebut.

"Yang paling sering diserang itu Touch Point kita, baik web maupun apps. Kurang lebih ada 500 ribu kali percobaan serangan setiap harinya ke sistem tersebut. Dengan serangan itu, mereka mengincar dapatkan kuota gratis atau pulsa tanpa harus membayar," ujar Direktur & Chief Service Management Officer XL Axiata, Yessie D. Yosetya, saat menjelaskan dihelatnya Risk and Control Forum, yang diadakan di Jakarta, Rabu, 13 September 2017.

Inovasi untuk Menciptakan Produk yang Sesuai Kebutuhan

Dikatakan Yessie, jika ditotal, kenaikan upaya serangan ke sistem operator telekomunikasi bisa meningkat 20 sampai 30 persen setiap tahun. Oleh karena itu, mereka pun tidak tanggung-tanggung dalam mengeluarkan investasi mengamankan sistem layanan pelanggannya.

"Yang paling sering kami lakukan adalah update patch. Kami juga meningkatkan kemampuan tidak hanya dari sisi teknologi tapi kompetensi sumber daya manusia dan prosesnya," ujar Yessie.

Kiat Bijak Memilih Layanan Pinjaman Fintech: Produktif atau Konsumtif?

Direktur Utama dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini menambahkan, jika sebelumnya manajemen risiko merupakan bagian dari compliance ke pelanggan, sekarang tidak lagi. Itu telah menjadi suatu kebutuhan di suatu perusahaan yang memberikan layanan ke konsumen.

"Makanya, untuk membangun kewaspadaan bersama atas potensi ancaman kejahatan siber, kami berinisiatif untuk menyelenggarakan forum Ini. Bisa jadi ajang diskusi dan berbagi pengetahuan mengenai pengelolaan risiko bsinis," kata Dian.

Saat ini, kata Dian, hampir setiap perusahaan menggunakan sistem teknologi informasi dan koneksi ke dunia digital untuk mendukung aktivitas bisnisnya dan semua perusahaan pasti memiliki kebutuhan untuk mampu mengamankan sistem teknologi informasi yang dikelolanya.

Untuk itulah, dia menekankan, event ini menjadi sangat penting bagi pelaku industri. Apalagi, serangan siber juga acap kali menyasar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Memiliki sistem keamanan siber dan manajemen risiko yang kuat tentu menjadi suatu nilai tambah yang penting bagi setiap perusahaan di industri ini.

XL Axiata berharap Forum Risk & Control ini selanjutnya bisa menjadi wadah bagi para praktisi audit dan manajemen risiko di industri telekomunikasi dan industri terkait untuk saling berdiskusi, berbagi ilmu, pengalaman, bertukar pikiran, dan menjalin komunikasi.

Fintech harus aware

Melalui event ini, para praktisi dapat mendiskusikan tren dan update terbaru terutama yang memerlukan perhatian dari sisi audit dan manajemen risiko. Dian juga menekankan pentingnya forum ini bagi pelaku industri financial technology (fintech). Menurutnya, pelaku industri fintech harus aware dengan segala risiko yang mungkin muncul dari sisi siber.

Hal ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa pelaku industri fintech dalam memperluas pengembangan bisnisnya menggunakan sarana platform digital terutama dalam upaya memperbanyak pengguna. Jaminan atas keamanan data dan juga dana nasabah dari berbagai sisi tentu menjadi perhatian utama masyarakat dalam menggunakan jasa dan produk fintech.
 
Pada 2015, XL Axiata menyelenggarakan event Forum Risk & Control yang pertama. Event tersebut mendapatkan respon yang baik dari para peserta.

Karena itu, pada penyelenggaraan RCF 2017 ini, XL Axiata berharap akan tercapai suatu kesepakatan/komitmen dari para peserta untuk menjalin komunikasi yang berkesinambungan di antara para praktisi audit dan manajemen risiko di industri telekomunikasi.

Peserta pada forum ini akan terdiri dari pelaku industri telekomunikasi, baik dari kalangan operator telekomunikasi, penyedia teknologi jaringan, praktisi industri teknologi finansial (fintech), serta komunitas auditor internal dan manajemen risiko.

Sementara itu untuk pembicara yang akan hadir antara lain regulator dari Direktorat Keamanan Informasi pada Kementerian Komunikasi dan Informatika, pakar dan konsultan industri telekomunikasi, serta praktisi pelaku industri Fintech.
 
XL Axiata memiliki departemen Audit Internal dan Manajemen Risiko yang diberikan kepercayaan untuk memastikan dan membantu manajemen XL Axiata terkait pengelolaan tata kelola perusahaan yang baik melalui kajian audit untuk memastikan bahwa pelaksanaan kebijakan dan prosedur dalam aktivitas operasional XL Axiata telah berjalan dengan efektif seperti yang direncanakan.
 
Di samping itu, XL Axiata juga memiliki unit Manajemen Risiko dan Advisory (RMA) yang bertugas memfasilitasi proses pengelolaan risiko.

Dalam melakukan aktivitas manajemen risiko, XL Axiata telah melakukan Teknik Penilaian Diri Atas Risiko dan Pengendalian (“RCSA”), di mana pemilik risiko (pemilik usaha) mengidentifikasi risiko yang mungkin berdampak pada tujuan bisnis mereka, dan memberikan rencana mitigasi untuk mencegah atau mengendalikan risiko.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya